Thursday, May 2, 2024
Artikel Terbaru

slider

Qaul Jadid dan Qadim, Justifikasi Subyektifitas Penafsir?

Seri counter fikih kebhinekaan. Artikel ke 35.   Pada halaman 106-107, Muhammad Azhar berkata:   Al-Quran tidak akan berubah, tetapi tafsir dan para doktor tafsir akan terus bermunculan. Syariat Islam sudah tetap pada dimensi universalitasnya (kulliyyah), sementara fikih yang berada pada dimensi juz’iyyahnya akan terus berubah sesuai dengan dinamika zaman (al-hukmu yadûru ‘ala ‘illatihi). Meminjam terma Imam Syafii, ulama sekarang ... Read More »

Benarkah Nas Berikut Sabda Nabi?

Seri Counter Fikih kebhinekaann. Artikel ke 34.   Di halaman 105, Muhammad Azhar berkata:   “Urgensi epistemologi Islam kontemporer ini terletak pada pentingnya upaya untuk mengkontekstualisasikan interpretasi keislaman sehingga tidak tertinggal jauh dengan perubahan sosial yang terus terjadi. Islam sebagai teks keagamaan (baca: Al-Quran) memang sudah final dan tidak akan mengalami perubahan, tetapi interpretasi, rumusan keilmuan Islam (‘ulûm al-Qur’ân, ‘ulûm ... Read More »

Epistemologi Lama Ketinggalan Zaman?

Seri Counter Fikih Kebhinekaan. Artikel ke 33. Di halaman 107, beliau mengatakan: Urgensi epistemology Islam kontemporer ini terletak pada pentingnya upaya untuk mengkonktekstualisasi interpretasi keislaman sehingga tidak tertinggal jauh dengan perubahan social yang terus terjadi.   Ia juga berkata: “Bila ditarik ke wilayah filsafat keilmuan Islam menjadi, “Buatlah epistemology Islam yang baru, karena yang lama sudah tidak sesuai dengan zaman ... Read More »

Tafsir Ulang Atas Rumusan Keilmuan Islam

Seri Counter Fikih Kebhinekaan. Artikel ke 32. Di halaman 105, Muhammad Azhar berkata:   Kedua, epistemologi keislaman mendatang harus lebih operatif-burhani (rasional empiris) sebagaimana pernah diintroduksi oleh Ibnu Taimiyah sesuai konteks zamannya (al haqiqah fil a’yan la fi al adzhan). Perlu rekonstruksi ulang konsep keilmuan atau kuliah teologi Islam (akidah) dan etika Islam (akhlak) yang lebih bernuansa sosial, ketimbang semata-mata ... Read More »

Ilmu Tauhid Harus Direkonstruksi?

  Seri Counter Fikih Kebinekaan. Artikel ke-31.   Di halaman 105, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut: Kedua, epistemologi keislaman mendatang harus lebih operatif-burhani (rasional empiris) sebagaimana pernah diintroduksi oleh Ibnu Taimiyah sesuai konteks zamannya (al haqiqah fil a’yan la fi al adzhan). Perlu rekonstruksi ulang konsep keilmuan atau kuliah teologi Islam (akidah) dan etika Islam (akhlak) yang lebih bernuansa sosial, ... Read More »

Epistemologi Islam Klasik Harus Dirubah?

Seri Counter Fikih Kebinekaan. Artikel ke-30. Di halaman 104-105, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut:   Perspektif epistemologi keilmuan Islam Kontemporer   Ke depan, karena perubahan sosial tadi, maka mau tidak mau berdampak pada perlunya perubahan mindset umat melalui perubahan orientasi epistemologi dari Islam klasik ke kontemporer. Adapun tawaran epistemologi keilmuan kontemporer yang patut menjadi perhatian adalah serikut: Pertama, dari orientasi ilahiyyah-teologis semata ... Read More »

Khazanah Islam Klasik Terkait Dengan Ruang Historis Masa Lalu

Seri Counter Fikih Kebhinekaan. Artikel ke 29   Pada h alaman 104, Muhammad Azhar mengatakan sebagai berikut: Kelima, khazanah islam klasik masih banyak terkait dengan ruang historis masa lalu. Itulah sebabnya, cerita-cerita kenabian yang didakwahkan dan dikuliahkan, masih banyak terkait dengan aroma perang senjata yang melimpah dalam berbagai studi keislaman yang lama. Sedangkan kontekstualisasi yang non-fisik- tentu membutuhkan epistemology keilmuan ... Read More »

Dosen Keilmuan Islam Harus Punya Proyek Pemikiran Komperhensif

  Beberapa hari ini, di WAG Himpunan Ilmuan Muhammadiyah mendiskusikan mengenai sarana untuk meningkatkan mutu SDM dari perguruan tinggi Muhammadiyah. Salah satu caranya dengan memberikan dorongan kepada para dosen untuk menuliskan kajian riset ilmiah di jurnal internasional terscopus. Tentu akan sangat bergengsi dan diakui dunia, jika banyak dosen Muhammadiyah yang meneliti dan bisa tembus jurna terscopus. Secara tidak langsung, bisa ... Read More »

Epistemology Keilmuan Islam Klasik Masih Bersifat Eksklusif

    Seri Counter Buku Fikih Kebhinekaan. Artikel ke-28 Dalam buku fikih kebhinekaan halaman 103, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut:   Keempat, epistemology keilmuan Islam klasik masih bersifat eksklusif dalam studi keislamannya. Dengan kata lain, Islamic studies belum banyak berdialektika dengan sosial sciences sebagaimana yang pernah dipelopori Ibnu Khaldun/dkk; atau natural sciences sebagaimana di dalami oleh Ibnu Sina (Avicenna), dan ... Read More »

Wacana Keislaman Klasik Belum Beranjak Ke Wilayah Transformasi Sosial?

  Seri counter buku fikih kebhinekaan. artikel ke-27. Dalam buku fikih kebhinekaan halaman 103, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut: Ketiga, wacana keislaman klasik lebih fokus pada moralitas personal, belum beranjak jauh ke wilayah transformasi social. Sebagai contoh, kajian konsep najasah dan thaharah di wilayah transformasi sosial yang lebih luas, seperti najasah lingkungan hidup, najasah korupsi, najasah human trafficking, najasah kekerasan ... Read More »