Dalam ungkapan bahasa Arab, terdapat lafazh yang memiliki makna ganda. Para ulama menyebutkan beberapa sebab terjadinya makna ganda dalam satu lafazh sebagai berikut:
- Perbedaan suku Arab dalam menerapkan dan menggunakan lafazh bahasa. Terkadang satu suku menggunakan lafazh tertentu untuk makna tertentu, sementara suku lain menggunakan lafazh yang sama namun dengan makna yang berbeda.
- Lafazh dipakai sesuai dengan makna terapan lafazh, namun terkadang lafazh tersebut digunakan sebagai ungkapan metafora. Dari sini lafazh akan memiliki dua makna, pertama makna yang sebenarnya dan kedua makna metafora.
- Satu lafazh memang memiliki makna ganda, dan keduanya adalah makna yang sesungguhnya (haqîqiy). Hanya kemudian generasi selanjutnya mengira bahwa lafazh tersebut memiliki satu makna saja, sementara makna yang lain adalah metafora. Contoh: النكاح yang berarti الضم.
- Lafazh tersebut secara bahasa memiliki makna tertentu, namun syariat merubah makna lafazh sehingga memiliki makna yang berbeda. Seperti lafazh الصلاة yang berarti الدعاء . Namun syariah merubah makna shalat menjadi ibadah tertentu.[1]
[1] Dr.Abdul Karim Zaidan, op. cit., hal. 326-327
