Dalam sesi dialog tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., dr Najih Ibrahim menyatakan bahwa apa yang sedang terjadi di Mesir merupakan adalah perseteruan politik, dan bukan bagian dari perseteruan agama. Menurut beliau gerakan dakwah bermetamorfosis menjadi gerakan politik, maka ia akan kehilangan dakwahnya dan tidak akan mendapatkan kekuasaan politiknya. Inilah yang terjadi dalam sejarah pergerakan Islam.
Sebagian gerakan dakwah, ketika didapuk untuk memegang kekuasaan, biasanya tidak dapat mengendalikan kekuasaan secara professional. Memang di sisi lain, mereka lebih bertakwa. Menurutnya, gerakan dakwah selalu berkoalisi dengan pemerintahan yang ada, dan bukan melawan pemerintah untuk merebut kekuasaan. Jika ini yang dilakukan, maka Islam akan jaya. Ia mencontohkan saat sultan Saifuddin Kudus, seorang panglima militer Mesir di masa Mamalik yang berkoalisi dengan ulama besar Iz Ibnu Abdusalam. Maka yang dihasilkan adalah pemerintah yang kuat hingga dapat menghalau tentara salib dan tatar dalam peristiwa Ainul Jalud.
Menurutnya, jutaan dolar uang yang dihamburkan hanya untuk merebut kekuasaan, jika digunakan untuk kepentingan umat Islam, untuk menyantuni orang miskin, tentu akan lebih bermanfaat. Pemerintahpun akan hormat terhadap gerakan Islam tersebut. Perseteruan antara gerakan Islam pernah terjadi sejak tahun lima puluhan, tujuh puluhan dan kembali terjadi sekarang ini.
Menurutnya, lebih idela jika dakwah dilakukan dari bawah, bukan dengan cara merebut kekuasaan. Jika umat Islam baik, niscaya akan memperole pemimpin yang baik pula. Jika gerakan Islam memilih merebut kekuasaan, maka itu hanya akan merugikan gerakan dakwah sendiri. Pada akhirnya, para aktivis dakwah tersebut harus meringkuk dalam penjara.
