Saturday, April 20, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Bodoh Basith dan Murakkab

Seri Syarah HPT Bab Iman.
Artikel ke-38

اَمَّا بَعْدُ فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ (1 (مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ العَالَمَ آُلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ االلهُ مِنَ العَدَمِ وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ (2 (وَعَلَى اّنَّ النَّظْرَ فِى الكَوْنِ لِمَعْرِفَةِ االلهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (3 (وَهَا نَحْنُ نَشْرَعُ فِى بَيَانِ اُصُولِ العَقَائِدِ الصَّحِيْحَةِ.

Kemudian dari pada itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah (2). Mereka berpendapat bahwa memperdalam pengetahuan tentang ‘alam untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama (3). Dan demikianlah maka kita hendak mulai menerangkan pokok-pokok kepercayaan yang benar.

 

 

Sebelumnya telah kita sampaikan terkait dengan ilmu dan makrifatullah. Antonim dari  makrifat atau ilmu dan adalah kebodohan. Arti dari bodoh adalah tidak mengetahui sesuatu, atau mengetahui sesuatu namun berbeda dengan kebenaran sesuatu itu sendiri. Jika seseorang tidak mengetahui adanya Sang Pencipta, bearti dia bodoh. Jika seseorang percaya bahwa di jagat raya ini ada Sang Pencipta, namun Sang Pencipta yang ia yakini berbentuk berhala, atau bintang atau roh gentayangan dan lain sebagainya, yang ia bukanlah Allah swt, maka ia juga bodoh.

Para ulama kalam membagi bodoh menjadi dua, yaitu bodoh basith (sederhana) dan bodoh murakab (bodoh kuadrat). Yang dimaksud bodoh basith adalah kebodohan yang diakibatkan karena ia tidak memiliki ilmu pengetahuan atas sesuatu persoalan. Bodoh sederhana ini bisa dihilangkan jika seseorang mau belajar. Ia akan mendapatkan ilmu pengetahuan sehingga bodoh sederhana yang ada pada dirinya, lambat laun akan menghilang. Conoh bodoh sederhana adalah seseorang yang tidak tau bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi terahir yang harus diikuti. Ketidak tahuan itu, karena sikap bodohnya. Namun ketika ia mau belajar dan kemudian mengikuti kebenaran, maka sikap bodoh hilang daripadanya.

 

Kedua bodoh murakkab (jahl murakkab) adalah seseorang berkeyakinan terhadap sesuatu yang tidak dia ketahui, namun berbeda dari kenyataan sesuatu tadi
atau ia mekayini kebenaran suatu hal, yang sesungguhnya sesuatu itu sudah jelas salah. Ia ngeyel dan merasa benar meski sudah diberi tahu orang lain bahwa keyakinan dan pengetahuan yang ia miliki adalah salah.

 

Bodoh murakkab ckup fatal. Ia berasal dari perasaan benar sendiri dan sikap keras kepala. Bodoh murakkab hanya bisa dihilangkan seseorang dengan memberikan penyadaran pada dirinya. Tanpa ada sikap mau kembali kepada kebenaran yang sesungguhnya, ia tetap terkena penyakit bodoh murakkab ini.

 

Contoh adalah Firah, yang meyakini bahwa Tuhan sesungguhnya adalah dirinya sendiri. Ia memerintahkan kepada rakyat untuk menyembah dan mengagungkannya. Kemudian datang Nabi Musa as untuk meluruskan keyakinannya yang salah. Nabi Musa datang dengan membaca mukjizat, hingga kebenarann telah nampak secara terang benderang. Namun Firaun tetap tidak percaya dengan adanya kebenaran. Ia masih yakin bahwa dirinyalah Tuhan yang layak disembah dan tidak mau mengikuti dakwah Nabi Musa.

 


وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي -٣٨

Dan Fir‘aun berkata. “Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku”
(Al-Qashas 38)

 

Atau bani Israel yang telah mengetahui mengenai kebenaran dari Musa dan meyakini bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah. Lalu tatkala mereka melewati suatu kaum yang menyembah berhala, Bani Israel meminta kepada Musa as untuk membuatkan Tuhan dari berhala. Sikap Bani Israel seperti ini adalah sikap bodoh murakkab. Firman Allah:

 

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَىٰ قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَىٰ أَصْنَامٍ لَهُمْ ۚ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

 

Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: “Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang bodoh “. (QS Al A’raf: 138)

 

Bodoh bisa terkait dengan hal-hal yang sangat prinsipil sehingga harus dihilangkan. Tidak mau belajar dan cuek dengan kebodohan dirinya, berakibat pada kesengsaraan kehdupan dia di dunia dan akhirat. Seseorang tidak boleh bodoh terkait dengan persoalan terkait erat dengan prinsip dan pokok dalam agama, seperti bertauhid, menjalankan rukun Islam dan percaya kepada rukun iman. Mereka yang bodoh terhadap hal ini dianggap kafir. Kecuali ia memang berada di kawasan terpencil dan sama sekali tidak pernah mendengar paham Islam. Menurut paham Asyari, urusan mereka diserahkan kepada Allah swt. Jika Allah berkehendak, mereka bisa masuk neraka, atau masuk surga dengan rahmat-Nya. Ahli sunnah berpegang dengan firman Allah berikut ini:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra’:15)

 

Jika seseorang hidup di lingkungan muslim, atau hidup di lingkungan kafir namun telah mendengar kebenaran Islam, sementara ia tidak mau mengikutinya, maka ia mati dalam keadaan kafir. Bodoh seperti ini harus dihilangkan dari setiap orang.

 

Jika kita membaca ayat-ayat al-Quran, kebodohan selalu dicela adalah kebodohan terhadap persoalan prinsip dan pokok agama. Perhatikan firman Allah berikut ini:

 

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

  1. Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqan: 63)

أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

  1. “Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)”. (QS. An-Naml: 55)

وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ

  1. Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil”. (QS. Al-Qashash: 55)

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al A’raf: 199)

 

Bodoh bisa juga terkait dengan terhadap hal-hal yang tidak berkaita dengan prinsip pokok ajaran agama, seperti seseorang tidak mengetahui detail-detail persoalan fikih, tafsir, hadis, dan seterusnya. Seseorang tidak mengetahui matematik, ilmu sosial, kedokteran, pengobatan, filsafat, dan lain sebagainya. Seseorang tidak dituntut untuk belajar guna menghilangkan kebodohan atas berbagai persoalan tersebut. Ia cukup mengetahui sesuatu yang ia butuhkan sesuai dengan spesialisasi dan profesinya.

 

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

fifteen + 7 =

*