Saturday, April 20, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Syarah Lirik Lagu Aisyah Istri Rasulullah

Para istri Nabi merupakan ibunda bagi seluruh umat Islam. Sebagai seorang ibu, para istri Nabi Muhammad saw adalah teladan mulia bagi seluruh kaum muslimin. Dalam berbagai langkah, tindakan dan sirah kehidupan mereka, terkandung hikmah dan teladan mulia.

Para istri Nabi tidak pernah menyembunyikan pengetahuan yang pernah mereka dapatkan dari Rasulullah saw. Mereka juga tidak malu untuk menceritakan kehidupan sehari-hari mereka ketika bersama dengan nabi Muhammad saw, baik tatkala sedang senang, susah atau dalam hal-hal sulit demi perjuangan menegakkan agama Islam. Sesuatu yang sangat sensitif dalam rumah tangga mereka, seperti terkait bersuci (mandi besar) atau mandi bersama dengan Rasulullah saw, beliau ceritakan kepada kita.

Apa yang dikisahkan oleh ibunda kita sayyidah Aisyah, atau ibunda-ibunda dari istri Nabi yang lain, bukan tanpa tujuan. Mereka ingin mengajarkan kepada kita, mengenai teladan dari Rasulullah dalam berkeluarga. Dengan demikian, kita sebagai orang-orang mukmin dapat mencontoh dan meneladani keagungan sifat Nabi Muhammad saw.

Belakangan ini viral lagu Aisyah yang melihat sisi keromantisan kehidupan ibunda Aisyah dengan junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. Lagu ini sangat bagus, karena membuka salah satu sisi kehidupan baginda nabi Muhammad saw.

Sebagian orang mempermasalahkan lagu ini, dengan mengatakan bahwa ia menguak tentang rumah tangga Nabi atau memberikan sifat fisik terhadap ibunda Aisyah. Menurut hemat kami, hal ini dibolehkan. Bahkan beliau sendiri yang menceritakan hal itu kepada umatnya seperti yang tersebut dalam banyak hadis Nabi. Adapun terkait dengan gambaran fisik Ibunda Aisyah, asalkan sesuai dengan pijakan sunnah Nabi, tidak menciderai keagungan ibunda Aisyah dan tidak merendahkan martabat Ibunda Aisyah, tentu tidak ada masalah. Mensifati fisik beliau, jika dengan tujuan merendahkan dan tidak terdapat dalil syari’iynya, tentu ini yang dilarang,

Keberadaan lagu ini sekaligus sebagai kebanggaan kita seorang pengikut kelompok sunni kepada Ibunda Aisyah. Sebagaimana maklum bersama bahwa banyak dari kalangan Syiah Rafidhah yang mencerca dan menghina Ibunda Aisyah. Lagu ini seakan menjadi counter bagi mereka bahwa Ibunda kita sangat mulia dan selayaknya menjadi teladan bagi kita bersama.

Rasulullah memang sangat romantis dan memanjakan istri-istri beliau. Beliau suka bermain dan bermanja dengan para istri-istrinya. Hal ini seperti yang beliau sampaikan sendiri seperti dalam hadis berikut:

كُلُّ شَيْءٍ لَيْسَ مِنْ ذِكْرِ اللهِ فَهُوَ لَعِبٌ ، لَا يَكُونُ أَرْبَعَةٌ: مُلَاعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ ، وَتَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ، وَمَشْيُ الرَّجُلِ بَيْنَ الْغَرَضَيْنِ، وَتَعَلُّمُ الرَّجُلِ السَّبَّاحَةَ

Artinya: Semua permainan yang tidak mengandung dzikrullah hanyalah permainan. Kecuali 4 permainan, seorang suami bermain-main dengan istrinya, atau melatih kuda, atau berjalan diantara dua tujuan, dan belajar berenang. (HR Nasa’i)

Terkait kesitimewaan istri baginda Nabi Muhammad saw yang merupakan ibunda dari kaum mukminin, terdapat dalam ayat berikut:

يَـٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسۡتُنَّ ڪَأَحَدٍ۬ مِّنَ ٱلنِّسَآءِۚ …  (٣٢)

Artinya: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 32)

ٱلنَّبِىُّ أَوۡلَىٰ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنۡ أَنفُسِہِمۡ‌ۖ وَأَزۡوَٲجُهُ ۥۤ أُمَّهَـٰتُہُمۡ‌ۗ…  (٦)

Artinya: “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 6)

Di bawah ini kami sampaikan tentang hadis-hadis terkait dengan keromantisan Rasulullah saw dengan istri-istri beliau, khususnya kepada Ibunda Aisyah.

  1. Dipanggil dengan Humaira, karena mempunyai paras cantik dengan wajah kemerahan.

حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ خَالِدٍ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ غُرَابٍ عَنْ زُهَيْرِ بْنِ مَرْزُوقٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدِ بْنِ جَدْعَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الشَّيْءُ الَّذِي لَا يَحِلُّ مَنْعُهُ قَالَ الْمَاءُ وَالْمِلْحُ وَالنَّارُ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْمَاءُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا بَالُ الْمِلْحِ وَالنَّارِ قَالَ يَا حُمَيْرَاءُ مَنْ أَعْطَى نَارًا فَكَأَنَّمَا تَصَدَّقَ بِجَمِيعِ مَا أَنْضَجَتْ تِلْكَ النَّارُ وَمَنْ أَعْطَى مِلْحًا فَكَأَنَّمَا تَصَدَّقَ بِجَمِيعِ مَا طَيَّبَ ذَلِكَ الْمِلْحُ وَمَنْ سَقَى مُسْلِمًا شَرْبَةً مِنْ مَاءٍ حَيْثُ يُوجَدُ الْمَاءُ فَكَأَنَّمَا أَعْتَقَ رَقَبَةً وَمَنْ سَقَى مُسْلِمًا شَرْبَةً مِنْ مَاءٍ حَيْثُ لَا يُوجَدُ الْمَاءُ فَكَأَنَّمَا أَحْيَاهَا

Telah menceritakan kepada kami [Ammar bin Khalid Al Wasithi] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ali bin Ghurab] dari [Zuhair bin Marzuq] dari [Ali bin Zaid bin Jad’an] dari [Sa’id bin Al Musayyab] dari [‘Aisyah] Bahwasanya ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesuatu apakah yang tidak boleh dilarang untuk mengambilnya?” Beliau menjawab: “Air, garam dan api.” ‘Aisyah berkata, “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, masalah air kami telah mengetahuinya, tapi bagaimana dengan garam dan api?” Beliau menjawab: “Wahai Humaira, barangsiapa memberi api seakan-akan ia telah bersedekah dengan semua yang telah dimatangkan oleh api itu, barangsiapa memberi garam, seakan-akan ia telah bersedekah dengan semua yang telah dibuat nikmat oleh garam itu, barangsiapa memberi minum seorang muslim satu teguk saat ia mendapatkan air, seakan-akan ia telah membebaskan seorang budak, dan barangsiapa memberi minum seorang muslim satu teguk saat ia tidak mendapatkan air, maka seakan-akan ia telah menghidupkannya.” (HR.Ibnu Majah).

Dalam kitab an-Nihayah, Ibnul Atsir menyebutkan mengenai kulit putih ibunda Aisyah dengan mengatakan:

كان يقول لها أحيانا يا حُمَيْراء تَصْغير الحَمْراء يريد البَيْضاء

Artinya: “Beliau (Rasulullah SAW) sering memanggilnya (Aisyah) ‘Ya Humaira’ yang merupakan bentuk tasghir (panggilan kecil) dari ‘Hamra’ (merah) sedangkan yang dimaksud adalah putih.”

Hal ini juga dikuatkan dengan pernyataan Ibnul Jauzi dalam kitab Kasyful Musyukil dengan mengatakan:

والعرب تقول امرأة حمراء أي بيضاء

Artinya: “Orang Arab berkata, ‘Wanita yang merah,’ artinya putih.”

  1. Ibunda Aisyah putri Abu Bakar dinikahkan Allah saw dari langit

Pernikahan Nabi Muhammad dengan Aisyah berdasarkan perintah Allah saw Seperti sabda Nabi berikut ini:

رأيتُك في المنام ثلاث ليال ، جاء بك الملك في سرقة من حرير، فيقول : هذه امرأتك فأكشف عن وجهك فإذا أنت فيه، فأقول : إن يك هذا من عند الله يُمضه

Artinya: “Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam. Malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu berkata, ‘Ini adalah istrimu’. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Aku bergumam, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti Dia akan menjadikannya nyata.” (HR. Bukhari dan Muslim)

تَزَوَّجَنِى النَّبِي صلى الله عليه وسلم وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ ، فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَنَزَلْنَا فِي بَنِي الْحَارِثِ بْنِ خَزْرَجٍ ، فَوُعِكْتُ فَتَمَرَّقَ شَعَرِي فَوَفَى جُمَيْمَةً ، فَأَتَتْنِي أُمِّي أُمُّ رُومَانَ وَإِنِّي لَفِي أُرْجُوحَةٍ وَمَعِي صَوَاحِبُ لِي ، فَصَرَخَتْ بِي فَأَتَيْتُهَا لاَ أَدْرِي مَا تُرِيدُ بِي ، فَأَخَذَتْ بِيَدِي حَتَّى أَوْقَفَتْنِي عَلَى بَابِ الدَّارِ ، وَإِنِّي لأَنْهَجُ ، حَتَّى سَكَنَ بَعْضُ نَفَسِي ، ثُمَّ أَخَذَتْ شَيْئًا مِنْ مَاءٍ فَمَسَحَتْ بِهِ وَجْهِي وَرَأْسِي ، ثُمَّ أَدْخَلَتْنِي الدَّارَ ، فَإِذَا نِسْوَةٌ مِنَ الأَنْصَارِ فِي الْبَيْتِ ، فَقُلْنَ : عَلَى الْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ ، وَعَلَى خَيْرِ طَائِرٍ . فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِنَّ فَأَصْلَحْنَ مِنْ شَأْنِي ، فَلَمْ يَرُعْنِي إِلاَّ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ضُحًى ، فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِ ، وَأَنَا يَوْمَئِذٍ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ

Artinya: “Aku dinikahi oleh Nabi saw saat aku berusia 6 tahun. Lalu kami datang ke Madinah, dan kami tinggal di Bani Harits bin Khazraj. Lalu aku menderita sakit sehingga rambutku rontok kemudian banyak lagi. Lalu ibuku, Ummu Ruman, mendatangiku saat aku berada di ayunan bersama teman-temanku. Lalu dia memanggilku, maka aku mendatanginya, aku tidak tahu apa yang dia inginkan. Maka dia mengajakku hingga aku tiba di depan pintu sebuah rumah. Aku sempat merasa khawatir, namun akhirnya jiwaku tenang. Kemudian ibuku mengambil sedikit air dan mengusapkannya ke wajah dan kepalaku. Kemudian dia mengajakku masuk ke rumah tersebut. Ternyata di dalamnya terdapat beberapa orang wanita kaum Anshar. Mereka berkata, “Selamat dan barokah, selamat dengan kebaikan.” Lalu ibuku menyerahkanku kepada mereka dan kemudian mereka mulai merapihkan aku. Tidak ada yang mengagetkan aku kecuali kedatangan Rasulullah saw pada waktu Dhuha. Kemudian ibuku menyerahkan aku kepadanya dan ketika itu aku berusia 9 tahun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Rasulullah terkadang meminum satu gelas bersama Aisyah. Bahkan meletakkan bibirnya di bekas bibir Ibunda Aisyah.

Hal ini sebagaimana hadis berikut:

عن عائشة أم المؤمنين: كُنْتُ أشْرَبُ وأَنا حائِضٌ، ثُمَّ أُناوِلُهُ النبيَّ ﷺ فَيَضَعُ فاهُ على مَوْضِعِ فِيَّ، فَيَشْرَبُ، وأَتَعَرَّقُ العَرْقَ وأَنا حائِضٌ، ثُمَّ أُناوِلُهُ النبيَّ ﷺ فَيَضَعُ فاهُ على مَوْضِعِ فِيَّ. وَلَمْ يَذْكُرْ زُهَيْرٌ فَيَشْرَبُ.

Artinya: “Dari Aisyah dia berkata; ‘Aku minum ketika aku sedang haid, kemudian aku memberikannya kepada Nabi saw, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat mulutku. Aku juga pernah menggigit daging ketika aku sedang haid, lalu -sisa daging- aku berikan kepada Nabi saw, maka beliau meletakkan mulutnya di tempat mulutku.” (HR Ahmad).

Dalam hadis lain, Ibunda Aisyah ra menceritakan sebagai berikut:

إن كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ليؤتى بالإناء فأشرب منه وأنا حائض ثم يأخذه فيضع فاه على موضع في وان كنت لآخذ العرق فآكل منه ثم يأخذه فيضع فاه على موضع في

Artinya, “Terkadang Rasulullah saw  disuguhkan sebuah wadah (air) kepadanya, kemudian aku minum dari wadah itu sedangkan aku dalam keadaan haid. Lantas Rasulullah saw  mengambil wadah tersebut dan meletakkan mulutnya di bekas tempat minumku. Terkadang aku mengambil tulang (yang ada sedikit dagingnya) kemudian memakan bagian darinya, lantas Rasulullah saw mengambilnya dan meletakkan mulutnya di bekas mulutku.” (HR Ahmad).

  1. Bila Ibunda Aisyah marah, terkadang nabi mencubit hidungnya.

Hal ini didasarkan pada hadis nabi berikut:

عن عائشة أم المؤمنين: كانَ إذا غضبتْ عائشةُ عرَكَ بأنفِها وقالَ: يا عويشُ قولي: اللهمَّ ربُّ محمدٍ اغفرْ لي ذنبِي، وأذهِبْ غيظَ قلبِي، وأجرْنِي منْ مُضِلاتِ الفتنِ

Artinya: “Ketika Aisyah marah, maka Nabi shalallahu alaihi wa sallam mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Rabb Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

Atau ungkapan Ibunda Aisyah dengan lafal berikut:

عن عائشة – رضى الله عنها – قالت : «دخل على النبى صلى الله عليه وسلم وأنا غضبى فأخذ بطرف المفصل من أنفي ، فعركه ثم قال يا عويشُ قولي اللهم اغفر لى ذنبى وأذهِبْ غيظَ قلبِي، وأجرْنِي منْ الشيطان

Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah saw menemuiku sedangkan aku dalam keadaan marah, maka beliau menarik ujung persendian hidungku, lalu memencetnya, kemudian bersabda, ‘Wahai Aisyah Sayang, katakanlah, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan hatiku, dan selamatkanlah aku dari setan’.” (HR. Ibnu Sunni)

  1. Terkadang, beliau bermain lari-lari dengan baginda Nabi

Hal ini didasaran pada hadis berikut:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَأَنَا جَارِيَةٌ لَمْ أَحْمِلْ اللَّحْمَ وَلَمْ أَبْدُنْ فَقَالَ لِلنَّاسِ تَقَدَّمُوا فَتَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ لِي تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ فَسَكَتَ عَنِّي حَتَّى إِذَا حَمَلْتُ اللَّحْمَ وَبَدُنْتُ وَنَسِيتُ خَرَجْتُ مَعَهُ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ فَقَالَ لِلنَّاسِ تَقَدَّمُوا فَتَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِي فَجَعَلَ يَضْحَكُ وَهُوَ يَقُولُ هَذِهِ بِتِلْكَ

Dari Aisyah berkata: Aku pernah menemani Nabi saw dalam sebuah perjalanan. Saat itu aku masih muda dan badanku belum gemuk. Nabi saw berkata kepada para sahabat: Silahkan jalan duluan. Maka para sahabat pun berjalan mendahului Nabi saw. Lalu Nabi saw berkata kepadaku: Kemarilah, aku akan mengajakmu balap lari. Maka aku pun memenuhi ajakan tersebut, kemudian aku berhasil mengalahkan Nabi saw, dan beliau pun terdiam saat itu. Sampai pada suatu ketika badanku sudah mulai gemuk, dan aku pun lupa entah dalam perjalanan kemana saat itu. Beliau berkata kepada para sahabat: Silahkan jalan duluan. Maka para sahabat pun berjalan mendahului Nabi saw. Lalu beliau berkata: Kemarilah, aku akan kembali mengajakmu balap lari. Maka aku pun memenuhi ajakan tersebut, kemudian beliau mampu mengalahkanku. Beliau tertawa dan berkata: Inilah pembalasanku. (HR. Ahmad).

  1. Ibunda Aisyah mendampingi baginda nabi, hingga ahir hayat beliau.

Hal ini didasarkan pada hadis berikut:

عن عائشة أم المؤمنين: كانَ رَسولُ اللَّهِ ﷺ يقولُ وهو صَحِيحٌ: لَنْ يُقْبَضَ نَبِيٌّ قَطُّ حتّى يَرى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، ثُمَّ يُخَيَّرُ فَلَمّا نَزَلَ به ورَأْسُهُ على فَخِذِي غُشِيَ عليه ساعَةً ثُمَّ أفاقَ، فأشْخَصَ بَصَرَهُ إلى السَّقْفِ، ثُمَّ قالَ: اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الأَعْلى قُلتُ إذًا لا يَخْتارُنا، وعَلِمْتُ أنَّه الحَديثُ الذي كانَ يُحَدِّثُنا وهو صَحِيحٌ، قالَتْ: فَكانَتْ تِلكَ آخِرَ كَلِمَةٍ تَكَلَّمَ بها: اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الأَعْلى.

“Dari ‘Aisyah mengatakan ‘Rasulullah saw pernah bersabda ketika beliau sehat; “Tak seorang Nabi pun diwafatkan selain diperlihatkan tempat tinggalnya di surga, kemudian ia disuruh memilih (untuk tetap hidup di dunia atau wafat).” Tatkala beliau sakit dan kepalanya berada di pahaku, beliau pingsan beberapa saat, kemudian sadar dan membelalakkan pandangannya ke atap, kemudian berujar; “Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasih yang tertinggi.” Aku berkata dalam hati; Ini berarti beliau tidak lagi memilih untuk tetap bersama kami, dan Aisyah paham bahwa itu adalah ucapan yang beliau perdengarkan kepada kami. Lanjut Aisyah, itulah akhir ucapan yang Nabi saw katakan, yaitu; “Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku yang tertinggi.”  (HR Bukhari)

  1. Ibunda Aisyah merupakan salah satu istri nabi Muhammad saw yang sangat beliau sayangi dan cintai.

Hal ini sesuai denganhadis berikut:

Dari ‘Amr bin Al-‘Ash ra ia pernah bertanya kepada Rasulullah saw::

أَىُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ  عَائِشَةُ  . فَقُلْتُ مِنَ الرِّجَالِ فَقَالَ  أَبُوهَا

“Siapa orang yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah”. Ditanya lagi, “Kalau dari laki-laki?” Beliau menjawab, “Ayahnya (yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi Muhammad saw pernah bersabda:

وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ

“Keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.”  [HR Bukhari dan Muslim]

Rasulullah saw pernah ditanya:

أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: عَائِشَةُ فَقُلْتُ: مِنَ الرِّجَالِ؟ ، فَقَالَ: أَبُوهَا

“Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau SAW menjawab, “‘Aisyah.” Lantas aku bertanya ” Siapa lelaki yang paling kau cintai?” Beliaupun menjawab, “Ayahnya”. (HR Bukhari)

  1. Rasulullah terkadang tiduran di pangkuan ibunda Aisyah ra

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ صَفِيَّةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ رَأْسَهُ فِي حِجْرِي فَيَقْرَأُ وَأَنَا حَائِضٌ

 “Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Manshur bin Abdurrahman] dari [Shafiyyah] dari [Aisyah] dia berkata; Rasulullah saw pernah meletakkan kepalanya di atas pangkuanku, lalu beliau membaca (Al Quran), sementara saya dalam keadaan haid.” (HR. Bukhari, Mulism Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah)

  1. Ibunda Aiysah juga sering menyisir rambut baginda Nabi Muhammad saw

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أُرَجِّلُ رَأْسَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا حَائِضٌ

Telah menceritakan kepada kami [‘Abdullah bin Yusuf] berkata, telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [Hisyam bin ‘Urwah] dari [Bapaknya] dari [‘Aisyah] berkata, “Aku pernah menyisir rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara saat itu aku sedang haid.”  (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Tatkala salah satu istri Nabi bersedih dan menangis, beliau akan mengusap air matanya.

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik ra, ia berkata sebagai berikut:

كانت صفية مع رسول الله صلى الله عليه وسلفي سفر وكان ذلك يومها فأبطت في المسير فاستقبلها رسول الله صلى الله عليه وسلم وهي تبكي وتقول حملتني علي بعير بطئ فجعل رسول الله صلى الله عليه وسلم يمسح بيديه عينيها »

“Suatu ketika Shofiyah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan. Sedangkan hari itu adalah bagiannya. Tetapi Shofiyah sangat lambat sekali jalannya, lantas Rasulullah SAW menghadap kepadanya sedangkan ia menangis dan berkata, ‘Engkau membawaku di atas unta yang lamban.’ Kemudian Rasulullah SAW menghapus air mata Shofiyah dengan kedua tangannya.” (HR. Nasai)

  1. Bila mencium ibunda Aisyah, beiau kadang mengecup lidahnya.

Hal ini sesuai dengan hadis berikut ini:

« إن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا قبل بعض نسائه مص لسانها »

“Sungguh Nabi saw ketika mencium salah satu istrinya, beliau mengecup lidahnya.” (HR Maqdisi).

  1. Ibunda Aisyah sering mandi bersama baginda Nabi Muhammad saw.

Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibunda Aisyah sebagai berikut:

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ تَخْتَلِفُ أَيْدِينَا فِيهِ مِنْ الْجَنَابَةِ

“Dahulu aku mandi junub bersama Rasulullah SAW dari satu bejana di mana tangan kami bergantian (mengambil air) di dalamnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

  1. Baginda Nabi selalu membelai dan mencumbu istrinya, meski para istri beliau dalam keadaan haid.

Diriwayatkan dari Urwah Bin Zubair ra, ia meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra, ia berkata:

قلما كان يوم – أو قالت قل يوم – إلا كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يدخل على نسائه فيدنو من كل امرأة منهن فى مجلسه فيقبل ويمس من غير مسيس ولا مباشرة » قالت « ثم يبيت عند التى هو يومها

“Hampir setiap hari Rasulullah saw mengunjungi semua istrinya, lantas mendekatinya satu per satu di tempatnya (rumah). Kemudian Rasulullah saw mencium dan membelainya tanpa bersetubuh atau berpelukan.” Aisyah berkata, “Lantas beliau menginap di (rumah) istri yang mendapat gilirannya.” (HR Daruquthni).

  1. Baginda Nabi ingin selalu dekat dengan istri-istrinya. Bahkan ketika bepergian, beliau selalu mengajak istri bersamanya.

Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibunda Aisyah sebagaimana berikut:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ سَفَرًا أَقْرَعَ بَيْنَ نِسَائِهِ فَأَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ

 “Dari Aisyah ra dia berkata, Rasulullah saw ketika hendak bepergian akan mengundi di antara istri-istrinya. Siapa pun undiannya yang keluar, maka beliau akan pergi bersamanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Juga hadis berikut ini:

أَنَّ صَفِيَّةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزُورُهُ فِي اعْتِكَافِهِ فِي الْمَسْجِدِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَتَحَدَّثَتْ عِنْدَهُ سَاعَةً ثُمَّ قَامَتْ تَنْقَلِبُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهَا يَقْلِبُهَا

 “Sungguh Shafiyah istri Nabi saw mengabarkannya (Husein bin Ali) bahwa ia mendatangi Rasulullah saw yang sedang i’tikaf di masjid (Nabawi) pada 10 hari terakhir Ramadhan. Kemudian ia berbincang dengan Nabi beberapa waktu lantas berdiri untuk pulang. Kemudian Nabi SAW berdiri dan pulang bersamanya.” (HR Bukhari).

Dalam riwayat lain diceritakan sebagai berikut:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ وَعِنْدَهُ أَزْوَاجُهُ فَرُحْنَ فَقَالَ لِصَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ لَا تَعْجَلِي حَتَّى أَنْصَرِفَ مَعَكِ

“Suatu ketika Nabi SAW berada di masjid (Nabawi), sedangkan istri-istrinya ada di dekatnya kemudian mereka pulang. Rasulullah bersabda kepada Shafiyah binti Huyay: ‘Jangan buru-buru agar aku bisa pulang bersamamu.’ (HR Bukhari).

  1. Rasulullah saw selalu memanjakan istrinya, di antaranya dengan menyiapkan tempat duduknya dan membantu istrinya tatkala menaiki tunggangan.

Hal ini sebagaimana hadis berikut:

خَرَجْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ قَالَ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَوِّي لَهَا وَرَاءَهُ بِعَبَاءَةٍ ثُمَّ يَجْلِسُ عِنْدَ بَعِيرِهِ فَيَضَعُ رُكْبَتَهُ فَتَضَعُ صَفِيَّةُ رِجْلَهَا عَلَى رُكْبَتِهِ حَتَّى تَرْكَبَ

 “Kami keluar menuju Madinah.” Anas berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW menyiapkan tempat duduk Shafiyah di belakangnya dengan kain, kemudian ia duduk di dekat untanya dan memosisikan lututnya, lantas Shafiyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau hingga naik (ke unta).”  (HR Bukhari).

  1. Baginda Nabi juga mengajak Ibunda Aisyah ketika makan di luar rumah.

Pernah beliau diundang makan oleh tetangganya. Sesungguhnya hanya beliau saja yang diundang, namunbeliau meminta izin kepada orang yang mengundang tersebut untuk membawa istrinya sebagaimana hadis berikut:

أن رجلا فارسيا كان جارا للنبي صلى الله عليه وسلم وكانت مرقته أطيب شي ريحا فصنع طعاما ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فأومأ إليه أن تعال وعائشة جنبه فقال صلى الله عليه وسلم: “وهذه معي” وأشار إلى عائشة فقال لا قال ثم أشار إليه فقال: “وهذه معي” قال لا ثم أشار إليه الثالثة فقال وهذه معي وأشار إلى عائشة فقال نعم

“Seorang lelaki Persia yang merupakan tetangga Nabi SAW mempunyai kuah kaldu paling sedap. Kemudian dia membuat makanan dan mendatangi Nabi SAW lantas mengundangnya untuk makan, sedangkan Aisyah berada di samping Nabi. Kemudian Nabi SAW berkata, ‘Yang ini bagaimana?’ Ia menunjuk Aisyah dan berkata, “Tidak” Kemudian memberi isyarat kepadanya, “Bagaimana dengan ini?” Dia berkata, “Tidak.” Kemudian Nabi memberi isyarat yang ketiga kalinya dan bersabda, “Ini bersamaku?” Kemudian ia berkata, “Ya.” (HR Ibnu Hibbandan Darimi).

  1. Main lempar-lemparan

Baginda Nabi pernah bermain lempar-lemparan kepada para istri beliau, termasuk juga dengan Ibunda Aisyah. Hal ini seperti yang diceritakan Ibunda Aisyah sebagaimana berikut:

قَالَتْ عَائِشَةُ: زَارَتْنَا سَوْدَةُ يَوْمًا فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنِي وَبَيْنَهَا إِحْدَى رِجْلَيْهِ فِي حِجْرِي وَالْأُخْرَى فِي حِجْرِهَا، فَعَمِلْتُ لَهَا حَرِيرَةً أَوْ قَالَ: «خَزِيرَةً» فَقُلْتُ: كُلِي، فَأَبَتْ فَقُلْتُ: ” لَتَأْكُلِي، أَوْ لَأُلَطِّخَنَّ وَجْهَكِ، فَأَبَتْ، فَأَخَذْتُ مِنَ الْقَصْعَةِ شَيْئًا فَلَطَّخْتُ بِهِ وَجْهَهَا، فَرَفَعَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رِجْلَهُ مِنْ حِجْرِهَا تَسْتَقِيدُ مِنِّي، فَأَخَذَتْ مِنَ الْقَصْعَةِ شَيْئًا فَلَطَّخَتْ بِهِ وَجْهِي، وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضْحَكُ… (رواه النسائي)

Aisyah berkata, “Suatu hari Saudah mengunjungi kami, dan Rasulullah saw. duduk di antara diriku dan Saudah. Sedangkan satu kaki beliau berada di pangkuanku dan satunya berada di pangkuan Saudah. Lalu aku membawakan untuknya makanan (yang terbuat dari bahan tepung dan air susu), “(Demi Allah), makanlah atau aku akan mengotori wajahmu.” Beliau lalu menolak dengan bersabda, “Aku tidak akan mencicipinya.” Lalu, aku ambil makanan dari mangkuk yang besar dan kulumurkan ke wajah beliau. Nabi saw. tertawa. Lalu beliau mengangkat kaki beliau dari pangkuan Saudah, agar beliau bisa membalasku. Beliau berkata kepada Saudah, “Kotorilah mukanya!” Lalu dia mengambil makanan dari mangkuk besar dan melumurkannya ke mukaku, dan Rasulullah saw. tertawa” (HR. Nasai).

Begitulah sedikit kisah tentang keromantisan kehidupan baginda Nabi Muhammad saw bersama dengan Ibunda Aisyah dan juga istrinya yang lain. Mudah-mudahan dengan lagu yang sedang viral ini, umat Islam jadi membuka sejarah dan mengenal Ibunda kita secara lebih dekat. Ibunda Aiysah yang sesungguhnya bukan hanya romantis dalam kehidupan rumah tangga saja, namun juga Ibunda yang yang sangat cerdas, berilmu, guru para sahabat, tawadhu, dan berakhlak mulia. Semoga kita semua bisa meneladani ibuda kita, sayyidah Aisyah ra. Amin.

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

two × one =

*