Friday, April 19, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Perbedaan Antara Iman dan Islam

Seri Syarah HPT Bab Iman.
Artikel ke-47

الإِيْمَانُ بِا للهِ عَزَّ وَجَلَّ

يَجِبُ عَلَيْنَا اَنْ نُؤْمِنَ بِا للهِ رَبِّنَا ( 4) وَهُوَ الْإِلَهُ الْحَقُّ الَّذِى خَلَقَ كل شّيْئٍ وَهُوَ الواَجِبُ الوُجُوْدِ ( 5) وَ اْلأَوَّلُ بِلاَ بِدَايَةٍ وَاْلآخِرُ بِلاَ نِهَايَةٍ ( 6) ولاَ ( يُشْبِهُهُ شَيئٌ مِنَ الكَائِنَاتِ ( 7) الاَحَدُ فِىأُلُوْهِيَّتِهِ وَصِفاَتِهِ وَ اَفْعَالِهِ ( 8
( اَلْحَىُّ القَيُّوْمُ ( 9)السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ( 10 ) وَهُوَ عَلَى آُلَِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ( 11 إِنَّمَا اَمْرُهُ اِذَا اَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ آُنْ فَيَكُوْنُ ( 12 ) وَهُوَ عَلِيْمٌ بِمَايَفْعَلُوْنَ ( 13 ) اَلْمُتَّصِفُ بِالْكَلاَمِ وَآُلِّ آَمَالٍ. المُنَزَّهُ عَنْ آُلِّ نَقْصٍ وَمُحَالٍ ( 14 ).( يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ. بَِيَدِهِ اْلأَمْرُ آُلُّهُ وَإِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ ( 15
4

IMAN KEPADA ALLAH YANG MAHA MULIA
Wajib kita percaya akan Allah Tuhan kita (4). Dialah Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang pasti adanya (5). Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang akhir tanpa penghabisan (6). Tiada sesuatu yang menyamai-Nya (7). Yang Esa tentang ketuhanan-Nya (8). Yang hidup dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada (9). Yang mendengar dan yang melihat (10). Dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu (11). Perihal-Nya apabila ia menghendaki sesuatu Ia firmankan: “Jadilah”! maka
jadilah sesuatu itu (12). Dan dia mengetahui segala sifat kesempurnaan. Yang suci dari sifat mustahil dan segala kekurangan (14). Dialah yang menjadikan sesuatu menurut kemauan dan kehendakNya. Segala sesuatu ada ditangan-Nya dan kepada-Nya akan kembali (15).

 

 

Ahli sunnah wal jamaah dari kalangan Asyariyah dan Maturidiyah berbeda pendapat mengenai perbedaan antara Iman dengan Islam. Sebagian mereka berpendapat bahwa antara keduanya tidak ada perbedaan. Sementara sebagian yang lain menyatakan bahwa antara iman dan Islam terdapat perbedaan.

Perbedaan tersebut muncul, dari pemahaman awal yang menyatakan bahwa iman adalah percaya, sementara lisan dan amal perbuatan merupakan bukti dari kepercayaan yang ada dalam hati seorang hamba. Sementara itu, Islam adalah ketundukan yang letaknya juga ada dalam hati seorang hamba. Namun ada yang berpendapat bahwa iman merupakan amalan hati, sementara Islam merupakan bukti dari apa yang ada dalam hati itu. Karena ia adalah butki, maka ia terkait erat dengan prilaku hamba yang sifatnya zhahri. Berikut kami sebutkan dua pendapat yang berbeda tadi.

 

Pendapat Pertama, Iman dan Islam Berbeda

Syaih Abdussalam al-Laqqani dalam syarahnya kitab Jauharatuttauhid, menyatakan sebagai berikut

Secara bahasa, makna antara iman dan Islam berbeda. Iman maknanya kepercayaan, sementara Islam artinya tunduk. Secara terminologi juga beda. Jumhur dari ulama Ayariyah berpendapat bahwa dua kata tersebut mempunyai makna yang berbeda. Iman adalah percaya, sementara Islam, yang maknanya adalah tunduk dan taat,  adalah melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.  Jadi secara bahasa dan makna, kedua kata tersebut memang berbeda, meski keduanya mempunyai keterkaitan. Karena tidak ada muslim yang tidak beriman, dan tidak mungkin orang dianggap beriman sementara dia tidak beragama Islam.

Menurut imam Haramain dalam kitab al-akidah an-Nizhamiyyah, jika ditanyakan, jika dikatakan, apakah ada perbedaan antara iman dengan islam? Kami jawab, islam terkadang maknanya tunduk dan menyerahkan diri secara zhahir, dengan tanpa menampakkan hakekat keimanan. Semua mukmin, pasti muslim, sementara beum tentu muslim itu mukmin. Jadi, semua mukmin sudah pasti muslim, namun tidak semua muslim itu mukmin.

Dalil

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14)

Artinya: Dan orang-orang Arab Badui, itu berkata,”Kami telah beriman. Katakanlah,” Kamu belum beriman, tapi katakanlah,” Kami telah tunduk karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah, dan Rasul-Nya, Dia tidak mengurangi sedikitpun pahala amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 14).

Ayat di atas menjelaskan mengenai seseorang yang mengaku beriman. Namun kemudian dinafikan dan dianggap belum beriman. Dia baru sampai pada level berislam. Jika keduanya sama, tentu tidak ada penafian.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ [آل عمران: 85].

Artinya: “Siapa saja yang mencari diin selain Islam, diin tersebut tidak akan diterima oleh Allah, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” [Ali ‘Imran ayat 85]

Ayat di atas menjelaskan tentang islam sebagai sebuah agama. Jadi ia berbeda dengan iman yang merupakan kepercayaan dalam batin manusia.

 

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim).

Hadis di atas sangat jelas mengenai pembeda antara iman dengan Islam. Pertama malaikat Jibril bertanya tentang Islam, kemudian bertanya tentang iman, lalu ihsan. Dari sisi jawabanpun, antara ketiganya terjadi perbedaan. Ini juga menunjukkan bahwa antara iman dengan islam adalah dua hal yang berbeda.

Iman dan Islam Sama

Syaih Saadduddin Tiftazani dalam kitab Syarhul Maqashid menyatakan bahwa menurut jumhur ulama, tidak ada perbedaan makna antara Islam dan iman. Menurutnya, bahwa makna “Aku Beriman”, artinya aku beriman dengan semua yang datang dari nabi Muhammad saw. Artinya saya mempercayai semua yang dibawa Nabi Muhammad saw. “Saya Islam”, maknanya saya tunduk dan taat terhadap ajaran nabi Muhammad saw. Jadi antara iman dan Islam tidak banyak perbedaan. Iman dan Islam sama-sama bermakna tunduk dan taat serta menerima. Secara istilahpun, juga sama. Karena tidak masuk akal seorang mukmin, namun dia tidak muslim. Atau seorang muslim, namun ia tidak mukmin. Artinya bahwa antara iman dan Islam adalah sinonium. Ia satu makna dan tidak ada perbedaan.

Dalam kitab attabsirah karya Imam Nasafi dikatakan bahwa kata iman dan Islam adalah sinonim. Hal ini karena semua orang mukmin pasti muslim, dan setiaporang muslim pasti mukmin. Iman adalah percaya, sesuai dengan akal dan nas, yaitu percaya dengan keesaan Allah, dan bahwa Allah Maha Pencipta. Allah Maha Penguasa. Tidak ada sekutu daripadanya.

Menurutnya, Islam tunduk dan menerima dengan perintah Allah. Sudah menjadi hak Allah untuk disembah, tanpa menyekutukannya dengan sesuatu apapun.Jadi, maksud islam dengan iman memang satu. Jika saja antara keduanya ada perbedaan, tentu satu makna, cukup dan tidak membutuhkan nama lain. Jika iman dan Islam berbeda, tentu ada orang Islam tanpa iman atau mukmin tanpa muslim. Salah satu dari keduanya, baik di dunia maupun akhirat, tentumempunyai ketentuan hukum tersendiri. Kenyataannya, pendapat seperti ini tidak bisa diterima.

Dalam kitab al-Kifayah karya Imam al-Baijuri dikatakan, bahwa iman adalah percaya dengan segala perintah dan larangan Allah. Islam adalah tunduk terhadap ketuhanan Allah. Islam tidak mungkin terwujud tanpa penerimaan atas perintah dan laranganNya. Secara hukum, Iman dan Islam tidak bisa dipisahkan. Jika maknanya sama, maka secara ijmak kita bisa menyebut iman atau Islam. Karena tidak mungkin seseorang menerima seluruh ajaran Islam, namun dia tidak beriman. Demikian juga sebaliknya, tidak mungkin seseorang beriman, namun tidak beislam. Darul iman sendiri merupakan darul islam, demikian sebaliknya. Zaman nabi hanya ada tiga kelompok, yaitu mukmin, kafir dan munafik. Tidak ada kelompok keempat.

Syaih Abdussalam al-Laqqani menyatakans ebgai berkut, “Jumhur ulama dari kalangan Maturidi dan sebagian dari ulama Asyari berpendapat bahwa antara iman dan Islam adalah sama. Secara terminologi, antara iman dan Islam juga sama. Hal itu karena satu sama lain saling mensifati.

Dalil

فَأَخْرَجْنَا مَن كَانَ فِيهَا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِّنَ الْمُسْلِمِينَ [الذاريات: 35-36]،

Artinya: Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. ( ) Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah diri. (QS. Az-Zariyat: 35-36)

Pada ayat di atas, disebutkan dua kata, iman dan Islam dengan waw athaf. Ini menunjukkan bahwa antara keduanya memang ada perbedaan.

وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

Artinya: “Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita, dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.’ Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan”.(QS. Al-Ahzab : 22).

Taslim maksudnya adalah Islam. Jadi, iman dan islam disebutkan secara terpisah dengan huruf ataf yang bermakna setara. Ini menunjukkan bahwa iman dan Islam adalah sesuatu yang sama.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ قَالَ كُنْتُ أَقْعُدُ مَعَ ابْنِ عَبَّاسٍ يُجْلِسُنِي عَلَى سَرِيرِهِ فَقَالَ أَقِمْ عِنْدِي حَتَّى أَجْعَلَ لَكَ سَهْمًا مِنْ مَالِي فَأَقَمْتُ مَعَهُ شَهْرَيْنِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ لَمَّا أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ الْقَوْمُ أَوْ مَنْ الْوَفْدُ قَالُوا رَبِيعَةُ قَالَ مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا لَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيكَ إِلَّا فِي الشَّهْرِ الْحَرَامِ وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ فَصْلٍ نُخْبِرْ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا وَنَدْخُلْ بِهِ الْجَنَّةَ وَسَأَلُوهُ عَنْ الْأَشْرِبَةِ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصِيَامُ رَمَضَانَ وَأَنْ تُعْطُوا مِنْ الْمَغْنَمِ الْخُمُسَ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ الْحَنْتَمِ وَالدُّبَّاءِ وَالنَّقِيرِ وَالْمُزَفَّتِ وَرُبَّمَا قَالَ الْمُقَيَّرِ وَقَالَ احْفَظُوهُنَّ وَأَخْبِرُوا بِهِنَّ مَنْ وَرَاءَكُمْ

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Ja’di berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu’bah dari Abu Jamrah berkata: aku pernah duduk bersama Ibnu ‘Abbas saat dia mempersilahkan aku duduk di permadaninya lalu berkata: “Tinggallah bersamaku hingga aku memberimu bagian dari hartaku”. Maka aku tinggal mendampingi dia selama dua bulan, lalu berkata: Ketika utusan Abu Qais datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau bertanya kepada mereka: “Kaum manakah ini atau utusan siapakah ini? Mereka menjawab: “Rabi’ah!” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “selamat datang wahai para utusan dengan sukarela dan tanpa menyesal”. para utusan itu berkata: “ya Rasulullah, kami tidak dapat mendatangimu kecuali di bulan suci, karena antara kami dan engkau ada suku Mudlor yang kafir. Oleh karena itu ajarkanlah kami dengan satu pelajaran yang jelas yang dapat kami amalkan dan dapat kami ajarkan kepada orang-orang di kampung kami, yang dengan begitu kami dapat masuk surga.” kemudian mereka bertanya kepada Nabi saw tentang minuman, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan mereka dengan empat hal dan melarang dari empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah satu-satunya, kemudian bertanya: “Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah satu-satunya?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi saw menjelaskan: Persaksian tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadlan dan mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang”. Dan Nabi saw melarang mereka dari empat perkara, yaitu janganlah kalian meminum sesuatu dari al hantam, ad Dubbaa`, an naqir dan al Muzaffaat. Atau Beliau saw menyebut muqoyyir (bukan naqir). Nabi saw bersabda: “Jagalah semuanya dan beritahukanlah kepada orang-orang di kampung kalian”. (HR. Bukahri) .

Hadis di atas, adalah sahabat yang bertanya mengenai apa itu iman. Namun jawaban rasul adalah ruku-rukun Islam, yaitu  “Persaksian tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadlan dan mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang”. Ini menunjukkan bahwa antara iman dengan Islam sesungguhnya adalah sesuatu yang sama. Sementara hadis Jibril di atas, sekadar memberikan penguat mengenai iman dan Islam saja. Bukan bearti hadis Jibril memisahkan antara iman dengan Islam.

Menurut Imam Razi bahwa sesungguhnya jika diperhatikan secara seksama, antara dua pendapat di atas mempunyai titik kesamaan. Bagi yang mengatakan bahwa antara Islam dengan iman sama, karena mereka melihat bahwa iman merupakan kepercayaan yang merupakan amal hati. Islam sebagai ketundukan dan ketaatan. Ia juga terletak dalam hati, yang akan berimplikasi kepada amal perbuatan hamba. Jadi, perbedaan keduanya sesungguhnya tidak esensial.

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

4 × 4 =

*