Friday, April 26, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Proses dan Tahap Penerjemahan

jasa-penerjemah-profesionalSebuah teks merupakan tindak komunikasi. Kenyataannya, sebuah teks memang tidak hadir dalam suatu ruang kosong, tanpa disertai maksud penulis, gaya penulis, budaya dan konvensi yang diikuti penulis dan sebagainya. Ketika seorang penulis menuliskan sesuatu, tentunya dengan maksud tertentu, yakni menyampaikan maksudnya kepada pembaca. Hal ini juga berlaku bagi teks ekspresif (perwujudan perasaan) seperti puisi. Mustahil seorang penulis puisi, menulis sesuatu tanpa ingin perasaannya yang diwujudkan dalam puisi tersebut juga dirasakan orang lain.[14]  

Melihat kenyataan di atas, maka setiap teks tentunya bukanlah hal yang steril. Justru karena tidak steril itulah maka suatu teks bahasa sumber perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum diterjemahkan. Analisis tersebut pada dasarnya untuk menjawab pertanyaan berikut:

1.      Pada dasarnya, apa maksud pengarang menuliskan teks ini? Apakah untuk menjelaskan sesuatu (eksposisi), atau untuk bercerita (narasi) atau untuk mempertahankan pendapat (argumentasi), atau untuk mempengaruhi pendapat umum (persuasi), ataukah suatu ajakan atau seruan?;

2.      Bagaimana pengarang/penulis menyampaikan maksud tersebut? Apakah melalui kalimat yang bertenaga, ataukah melalui kalimat-kalimat yang mengandung ajakan yang terselubung ataukah tegas dengan disertai sanksi, ataukah melalui penyampaian berbagai fakta dan bukti. Apakah ia menggunakan makna denotatif saja, atau digabungkan dengan makna konotatif, dan sebagainya. Bagaimana cara penulis menyampaikan maksud tersebut tampak dalam “gaya” penulisan yang digunakannya: apakah ia berupaya melibatkan pembaca dalam tulisannya ataukah tidak, yakni gaya personal dan impersonal?

3.      Bagaimana pengarang mewujudkan gaya tersebut dalam pemilihan kata, frase dan kalimat? Apakah dengan menggunakan bantuan partikel penyangkat seperti /-lah, kah, pun/ dalam beberapa frase tertentu? Apakah gaya tersebut diwujudkan dengan menggunakan banyak kalimat berawalan /di-/ agar terasa ada jarak dengan pembaca? Ataukah dia banyak menggunakan “kita” agar pembaca merasa terlibat dalam tulisannya?

Semua hal di atas merupakan pertanyaan dasar yang harus dicari jawabannya bagi penerjemah, sebelum ia menerjemahkan teks sumber tersebut ke adalah bahasa sasaran. Sesudah mempunyai gambaran yang jelas, barulah ia dapat memulai proses selanjutnya, yakni mengalihkan teks sumber tersebut ke dalam bahasa saran. Dalam hal ini, ia berupaya menggantikan unsur TSu dengan unsur TSa yang “sepadan”.[15]

Pertanyaan selanjutnya yang mungkin timbul dalam tahap pengalihan ini adalah: bagaimana penerjemah menyampaikan maksud yang sepadan tersebut ke dalam bahasa sasaran? Apakah masih dapat digunakan kalimat-kalimat yang serupa? Misalnya, bagaimana kalimat-kalimat bertenaga dalam bahasa sumber tersebut dapat tetap terasa bertenaga dalam bahasa sasaran? Alat bahasa apa yang perlu digunakan dalam hal ini? Jawabannya dapat merujuk kembali mengenai perangkat terjemah sebagaimana telah kami singgung sebelumnya.[16]

Untuk menghindarkan kekeliruan dalam tahap analisis, penerjemah sebenarnya dapat saja mengulang-ulang analisisnya, meskipun ia sudah memasuki tahap pengalihan.

Analisis 1                Pengalihan             Analisa 2             Koreksi pengalihan

Analisa 3              Koreksi pengalihan 2

Demikian seterusnya. Setelah tahap analisis dan tahap peralihan dilalui dengan baik, tahap terakhir yang harus dijalani adalah tahap penyerasian. Pada tahap ini, penerjemah dapat menyesuaikan bahasa yang masih terasa “kaku” untuk disesuaikan dengan kaidah bahasa sasaran. Di samping itu, mungkin juga terjadi penyerasian dalam hal peristilahan, misalnya apakah menggunakan istilah yang umum digunakan ataukah menggunakan yang baku. Pada tahap penyerasian ini, penerjemah dapat melakukannya sendiri, atau membiarkan orang lain melakukannya.[17]

Jadi, apabila teks sumber yang diterjemahkan sangat sukar dan melibatkan kata-kata bermakna ganda, kata-kata yang mengandung emosi, penerjemah dapat saja bolak-balik dari tahap analisis ke pengalihan dan sebaliknya, sampai ia yakin benar bahwa pemahaman dan analisanya sudah benar.

 

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

five × two =

*