Saturday, April 27, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Kepemimpinan, Hak Allah atau Hak Hamba?

khalifahPasca terbunuhnya Khalifah Utsman, umat Islam terpecah ke dalam berbagai kelompok poliik. Kelompok-kelompok politk tersebut mirip dengan partai politik di era modern. Setiap partai mempunyai struktur organisasi yang sangat rapi, dengan program kekuasaan jelas. Mereka juga memiliki visi dan misi politik. Selain itu, untuk meraih dukungan publk, mereka melakukan kampanye politik dengan berbagai macam cara, di antaranya orasi, penyebaran buletin (rasail) dan mencetak buku.

 

Memang sangat disayangkan bahwa umat Islam terpecah belah menjadi sekian kelompok. Namun di balik perpecahan tadi, ada sisi-sisi positifnya. Partai politik itu seakan menjadi arena bersaing dalam menentukan konsep kenegaraan. Mereka berlomba-lomba untuk menuliskan konsep kenegaraan secaralengkap dalam bentuk tulisan. Terjadi persaingan idelasisme luar biasa di kalangan umat Islam.

 

Jika diringkas, setidaknya filsafat pemikiran Islam dalam memanang kepemimpinan, setidaknya ada dua aliran besar:
Pertama, mereka yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan urusan agama. Menurut kelompo ini, kepemimpinan terkait dengan kemaslahatan manusia  dan tegaknya agama Allah di muka bumi. Untuk itu, urusan kepemimpinan merupakan urusan agama yang bearti juga urusan Allah dan rasul-Nya. Karena pentingnya masalah kepemimpinan ini, maka Allah akan selalu memberikan petunjuk kepada rasul-Nya mengenai siapa yang akan memimpin negara. Rasul lantas memberikan wasiat kepada orang yang berhak dan kelak imam tadi juga akan memberikan wasiat kepada pemimpin yang akan datang.

Di sini, manusia sama sekali tidak mempinyai wewenang untuk turut aktif dalam memilih calon pemimpinnya. Rakyat hanya boleh tunduk dan taat kepada pemimpin yang sudah mendapatkan wasiat dari pemimpin sebelumnya.

Pemimpin tadi, akan mengendalikan kekuasaan atas nama Allah. Segala perbuatan yang dilakukan, merupakan ilham dari langit. Oleh karenanya, ia tidak akan pernah terpeleset ke dalam jurang kesalahan. Ia adalah imam yang maksum. Sederhananya, kepemimpinan menjadi hak Allah untuk menentukan pemimpin di muka bumi ini.

Kedua, adalah kelompok yang memandang bahwa Rasulullah saw. adalah Nabi terakhir. Rasulullah saw. juga meninggalkan wasiat, namun bukan dengan menunjuk seorang pemimpin. Wasiat tersebut adalah dua pusaka, al-Quran dan al-Sunnah.

Kepemimpinan merupakan persoalan dunia. Ia terkait dengan kemaslahatan umat manusia dan bukan bagian dari urusan agama atau keimanan.

Kelompok ini juga memandang bahwa risalah Nabi Muhammad saw. sudah sempurna. Manusia sudah sampai pada titik kemampuan menggunakan akalnya untuk mengurusi berbagai persoalan dunia, termasuk urusan kepemimpinan. Mereka menganggap bahwa pemikiran manusia sudah cukup matang (rusyd).

Karena terkait dengan maslahat manusia, maka kepemimpinan juga diserahkan kepada manusia. Mereka yang akan menentukan siapa pemimpinnya. Mereka pula yang akan melakukan pengawasan terhadap pemimpin yang ia angkat. Mereka juga berhak untuk memakzulkan pimpinan manakala mereka melenceng dari apa yang sudah digariskan oleh wasiat Nabi, yaitu Quran dan Sunnah.

Karena manusia diberi wewenang untuk berijtihad dan mereka dianggap sudah sampai pada tingkat kematangan intelektual (rusyd), maka para pemimpin itu disebut dengan Khulafaurasyidin. Mereka adalah pemimpin yang diangkat dan diberi mandate oleh para mujtahid umat. Sederhananya, kepemimpinan menjadi hak hamba untuk menentukan siapa pemimpinnya.

 

Dua kelompok di atas, yaitu antara yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan urusan Tuhan dan kelompok yang menganggap bahwa kepemimpinan menjadi urusan manusia, antara keduanya terjadi perseteruan sengit, Bahkan mereka tidak hanya perang pemikiran, namun juga perang fisik hingga jatuh banyak korban jiwa. Mereka berseteru karena masalah kepemimpinan (imamah), pinsip kepemimpinan dan filsafat hukum dalam politik. Mereka melakukan pergulatan idealism antara kepemimpinan yang dianggab sebagai lapangan ijtihad dan kepemimpinan yang merupakan bagian dari wasiat Nabi.

 

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

2 × five =

*