Thursday, April 18, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Biografi Singkat Muhammad al-Ghazali

Sheikh-Muhammad-Al-Ghazali

Muhammad al-Ghazali lahir pada bulan September, 1917 M / 1336 H, di desa Nakla Inab, propinsi Buhairah. Muhammad al-Ghazali adalah anak tertua dari tujuh bersaudara. Nama lengkap beliau adalah Muhammad al-Ghazali Ahmad al-Saqamarsi. Muhammad al-Ghazali dalam banyak hal memang memiliki kemiripan dengan Imam al-Ghazali rahimahulLâh. Ayah al-Ghazali adalah seorang tokoh sufi yang sangat mengagumi sosok sufi; Abu Hamid al-Ghazali yang sering dikenal dengan Imam al-Ghazali. Rasa kagum terhadap Imam al-Ghazali sedemikian kuat sehingga ia pernah bermimpi berjumpa dengan tokoh sufi sekaligus filosof tersebut. Dalam mimpinya, dikabarkan bahwa beliau akan dikaruniai seorang anak yang akan diberi nama al-Ghazali. Berita mengenai mimpi beliau kemudian menyebar luas. Meski demikian, beliau masih belum percaya bahwa mimpi tersebut akan menjadi kenyataan, hingga pada akhirnya beliau melihat istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki dan kemudian diberi nama Muhammad al-Ghazali.

Muhammad al-Ghazali tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang sangat religius. Keluarganya sangat cinta ilmu. Ayah dan ibunya seorang pedagang yang terkenal dengan sifat jujur dan dapat dipercaya sehingga banyak kalangan masyarakat yang mengagumi gaya hidup mereka. Meski demikian, rasa kagum masyarakat terhadap mereka tidak membuat mereka sombong.[1]

Membaca sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Tidak mengherankan jika ia berwawasan luas. Ia sudah hafal al-Quran sebelum umurnya menginjak 5 tahun. Masa kecil Ghazali tidak seperti anak-anak yang lain. Ia lebih senang hidup menyendiri daripada bermain bersama dengan teman-temannya. Kebiasaan ini berlangsung hingga ia tumbuh dewasa. Baginya, menyendiri adalah jalan untuk dekat kepada Allah Swt. Meski demikian, ia tetap peka sosial dan bersikap toleran kepada sesama. Bahkan ia adalah orang yang sangat perhatian terhadap kondisi umat. Sebelum meninggal dunia, ia meninggalkan warisan pemikiran Islam yang cukup luas, mencakup segala segmen kehidupan. Semua itu dijalankan sebagai sarana untuk membangkitkan keterpurukan umat sehingga dapat bangkit di masa-masa yang akan datang. Semoga apa yang ditinggalkannya menjadi amal jariah di sisi Allah swt.[2]

 

Ia banyak mengarang berbagai buku pemikiran keislaman, baik berkenan dengan pembaharuan, pemikiran, sejarah, dan lain-lain. Di antara karangan-karangannya adalah: al-Islâm wa’l Awdha’ al-Iqtishâdiyyah, al-Islâm wa’l Manâhij al-Isytirâkiyyah, al-Islâm wa‘l Istibdâdi al-Siyâsi, Min Hunâ Na’lam, ‘Uqâdatu’l Muslim, Khulqu’l Muslim, Fiqhu al-Sîrah, Fî Maukibi al-Da’wah, Laisa min’l Islâm, dan masih banyak lagi yang lainnya. Selain menulis buku, beliau juga sering mengisi berbagai seminar internasional kaitannya dengan pemikiran Islam dan kebangkitan umat.[3]

 



[1]  Lebih lengkap, lihat: Dr. Ramadhan Khamis al-Gharib, al-Syeikh Muhammad al-Ghazâliy Hikâyatuhu wa ‘Asyhâruhu wa Abraaza Man Ta’atstsara bihim, Dar al-Haram al-turats, Kairo, Mesir, cet. I, 2003, hal. 13-16

[2] Ibid., hal. 89

[3] Ibid., hal. 89-98

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

three × one =

*