Wednesday, April 24, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Pro Kontra Ide Rasionalisasi Turats Islam Hasan Hanafi (IV)

hasan

 Hasan Hanafî adalah sarjana muslim kontemporer yang memiliki ambisi besar untuk ikut andil dalam membangun peradaban Islam modern. Ia sangat prihatin melihat kekalahan dunia Islam dalam berbagai segi kehidupan. Hampir seluruh langkah yang dilalui umat Islam selalu mengekor ke dunia Barat. Umat Islam seakan bangsa yang tidak memiliki identitas, bangsa yang kehilangan akar sejarahnya. Hasan Hanafî merasa ikut bertanggungjawab untuk kembali membangkitkan umat Islam dari tidur panjangnya. Dengan proyek besarnya, “Al-Turâts wa al-Tajdîd”, ia mencoba membongkar turâts klasik untuk kemudian diwacanakan kembali dalam konteks kekinian.

 

Hasan Hanafî tidak mengambil mentah-mentah turâts klasik. Ia berusaha merasionalisasikan turâts sehingga peninggalan berharga itu dapat kembali hadir di tengah-tengah umat untuk kemudian dilanjutkan, dikembangkan dan pada akhirnya diamalkan. Realisasi turâts klasik bagi Hasan Hanafî adalah suatu keharusan. Di sini secara tegas Hasan Hanfî menjadikan wahyu Tuhan sebagai poros peradaban Islam, kemudian wahyu Tuhan ditarik untuk kemudian menjadi sebuah pemikiran analisa, dan terkahir wahyu menjadi pandangan hidup dan ideologi bagi setiap insan muslim.

 

Dengan demikian, umat Islam tidak lagi harus menjadi bangsa subordinat yang hanya mengikuti negara-negara besar. Umat Islam tetap berpegang teguh terhadap identitas keislaman. Modernisasi bukanlah westrnisasi, namun modernisasi adalah rasionalisai.

 

Hanya saja, dalam melihat turâts Islam,  Hasan Hanafî cenderung menggunakan kaca mata negatif. Hal ini karena Hasan Hanafî berusaha melihat realitas masa depan dengan meneropong kebelakang, namun secara kritis. Kekalahan umat Islam saat ini karena tidak mampu bersikap kritis terhadap turâts klasik, bahkan menurut Hasan Hanafî, umat Islam masih hidup pada masa tradisi klasik. Hasan Hanafî juga sangat terpengaruh dengan pandangan Marxisme, terutama tentang revolusi kerakyatan dan menjadikan realitas sebagai pijakan awal dalam menganalisa gejala sosial. Hasan Hanafî juga sangat memperhatikan faktor luar dalam pembentukan pemikiran seseorang; sosial, ekonomi, dan politik. Tidak mengherankan jika Hasan Hanafî memberikan perhatian lebih terhadap asbâb al-nuzûl dan ilmu nâsikh mansûkh sebagai orisinalitas materialis pemikiran serta untuk menyingkap perkembangannya dalam sejarah.[1] Bahkan secara tegas, Hasan Hanafî menggunakan jargon “kiri Islam”, sebuah jargon yang sangat kental dengan teologi Marxis. Jika benar bahwa Hasan Hanafî menginginkan realitas sebagai titik awal dan menjadikan revolusi kerakyatan sebagai sarana untuk mengadakan perubahan sosial secara total, sejatinya Hasan Hanafî tidak hanya memberikan analisa dan teori, namun ikut menterjemahkan segala idenya dalam tataran masyarakat.

 

Kaitannya dengan sistematika perubahan, Hasan Hanafî menawarkan pemahaman turâts klasik dengan bahasa kontemporer. Jika turâts adalah segala peninggalan masa lalu –masuk di dalamnya agama dan kitab suci–, maka pernyataan Hasan Hanafî pelu mendapatkan kejelasan. Dalam terminologi agama terdapat kata yang tidak dapat dirubah, karena itu merupakan identitas keagamaan. Identitas keagamaan ini masih terus mengalir dalam psikologi masyarakat yang sulit untuk dirubah. Mengganti identitas keagamaan sama artinya dengan merubah agama itu sendiri. Terminologi keagamaan yang dimaksud seperti Surga, Neraka, Malaikat, kenabian, halal dan haram, pahala dan ancaman, dan demikian seterusnya.[2]

 

Proyek pemikiran Hasan Hanafî menuai berbagai pro dan kontra dikalangan intelektual muslim. Pujian ataupun cercaan datang silih berganti. Hanya perlu diakui, bahwa Hasan Hanafi telah turut andil dalam membangun pemikiran Islam kontemporer. Meski demikian, penulis tetap melihat beliau sebagai sosok pemikir Islam yang tidak lepas dari kekurangan. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata. WalLâhu a’lam.

 

 

Daftar Pustaka:

  1. Hanafî, Dr. Hasan, Al-Turâts, wa al-Tajdîd Mauqifunâ mi al-Turâts al-Qadîm, Al-Mu’assasah al-Jâmi’iyyah li al-Dirâsât wa al-Nasyr wa al-Tauzî’, cet V, 2002.
  2. ———————, Min al-Naql ilâ al-Ibdâ’, Dâr Qabâ’ li al-Thabâ’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzî’, Kairo, 2000.
  3. ———————, Min al-Aqîdah ilâ al-Tsaurah, Maktabah Madbûlîy.
  4. ———————, Humûm al-Fikri wa al-Wathan al-Turâts wa al-Ashru wa al-Hadâtsah, vol. I, Dâr Qabâ’ li al-Thabâ’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzî’, Kairo, 1998.
  5. Al-Barbariy, Ahmad Muhammad Sâlim, Isykâliyatu al-Turâts fî al-Fikri al-‘Arabiy al-Ma’âshir Dirâsah Muqâranah baina Hasan Hanafî wa Muhammad ‘Âbid al-Jâbiriy, Jâmi’ah Thanthâ Kuliyatu al-Adâb Qismu al-Falsafah, 1995.
  6. Husain, Thaha, Mustaqbal al-Tsaqâfah fî Mishra, Silsilah Kitâbu al-Tanwîr, al-Hai‘ah al-Mishriyyah al-Âmmah li’l Kitâb.
  7. http://www.dilibrary.net

 

 



[1] Ahmad Muhammad Sâlim al-Barbariy, op. cit, hal. 100.

[2] Ibid., hal.. 170.

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

9 + two =

*