Wednesday, April 24, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Pembentukan Karakter Itu Bernama Madrasah Diniyyah

gfh

Di Desa Tretep kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, ada Madrasah Diniyah yang diberi nama Madrasah Nurul Hidayah. ia juga punya TPQA untuk anak usia dini. Madrasah ini didirikan oleh ust Khusnan dan Ust Junaidi, dua orang kyai kampong yang sangat sabar dalam memberikan didikan pada siswa. di sini, sekolah agama gratis. Para asatiz tidak mendapatkan bayaran sedikitpun. mereka hanya berharap ridha Allah dan berjuang demi Islam. di sini pula, dulu saya mengaji.

Anak-anak waktu pagi berangkat ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tretep. Mereka berangkat pukul 07.00 dan pulang pukul 12.00. Sore hari pukul 15.00, harus sudah di rumah untuk persiapan berangkat menuju Madrasah Diniyah. Di sini mirip dengan sekolahan; ada tingkatan kelas menjadi 6 tingkat, materi, ujian dan juga rapot. Bedanya bahwa ia sifatnya pendidikan non formal. Perbedaan lain, semua materi terkait dengan ilmu agama. Di Madrasah ini belajar kitab Jurumiyyah, Akidatul Awam, Alala, Safinatunnajah, Taqrib, Mabadi’ul Akhlak, Washaya, Bulughul Maram dan lain sebagainya. Sebelum Madrasah Diniyah, biasanya masuk TPA dulu, untuk belajar membaca al-Quran. TPA ini semacam taman kanak-kanaknya milik Madrasah Diniyah. Jadi yang masuk TPA umumnya anak-anak umur di bawah 7 tahun dan belum masuk SD.

Jika masuk SD berbarengan dengan masuk Madrasah Diniyah, bearti lulus SD juga lulus Madrasah Diniyah. Meski baru lulus SD, namun sudah menyelesaikan sekian kitab kuning bahkan umumnya baca kitab gundulnya sudah lancar. Akan dianggap aneh jika pukul 16.00 masih ada anak yang keluyuran. Biasanya tetangga akan menegur, ‘Nak jam segini kok masih bermain. Kenapa tidak pergi mengaji’. Biasanya jika sudah waktunya ngaji, jalan rame dengan anak-anak yang bawa kitab. Mereka berbondong-bondong pergi mengaji. Kondisi seperti ini masih berlangsung sejak saya kecil hingga sekarang.

Madrasah diniyah selain menambah wawasan keislaman, ternyata sangat efektif dalam membentuk karakter siswa. meski tidak ada peraturan tertulis, namun santri hamper tidak ada yang melakukan pelanggaran. Mereka taat pada perintah para kyainya.

Tiap bada subuh, di masjid al-Karim Tretep selalu ada kuliah subuh selama 20 menit. materi berfariasi dari hadis, tafsir, fikih hingga pengetahuan umum. pengajar menggunakan kitab tertentu sebagai pegangan. jadi sifatnya ngaji sorogan secara bersambung. Selapan sekali (35 hari), ada pengajian akbar di masjid yang akan dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat.

Madrasah Diniyah juga memberikan efek domino di masyarakat. Anaknya ngaji, maka orang tuanya seakan ikut mengaji. Orang tua turut memberikan bimbingan kepada anak-anaknya. Apalagi generasi sekarang, rata-rata mereka ini dahulu adalah santri di Madrasah Diniyah. Oleh karena itu, sangat sedikit masyarakat yang tidak bisa baca al-Quran.

Di Tretep, suasana sangat aman. Kalau siang hampir tidak ada rumah yang pintunya dikunci, meski tidak ada orang di rumah dan ditinggal pergi ke ladang. Keamanan itu didukung oleh sikap saling percaya antar sesama masyarakat. Kalau ada tetangga masuk, paling minta garam.

Di sini jangang ada perempuan keluar rumah yang tidak berkerudung. Semua berbaju panjang dan memakai kerudung, meski mereka pergi ke ladang sekalipun. Jilbab atau kerudung sudah menjadi budaya dan identitas masyarakat Tretep secara umum.

Khamar secara resmi dilarang untuk dijualbelikan. Jadi jangan harap akan mendapatkan bir dan sejenisnya di warung-warung Tretep. Jika ketahuan ada warung yang jual khamar, bisa mendapatkan hukuman sosial dari masyarakat.

Fenomena pacaran pun hampir jarang terjadi. Biasanya jika seseorang suka dengan perempuan, akan segera melamar dan menikah. Jadi, Anda tidak akan menemukan malam minggu pemuda pemudi pacaran di pinggir jalan.

Suara lantunan ayat suci juga terdengar hampir setiap hari. Bukan dari kaset, tapi dari bacaan para pemuda secara langsung. Ada tradisi yang disebut dengan qur’anan yaitu dalam satu hari mengkhatamkan satu al-Quran. Bisa di masjid, atau di rumah-rumah penduduk. Biasanya menggunakan pengeras suara agar didengar oleh masyarakat secara umum. pembacaan al-Quran dilaksanakan mulai dari pagi hingga malam hari. Biasanya digilir, yang sudah baca quran akan pergi ke ladang untuk mencari rumput atau merawat tanamannya. Nanti yang di ladang dan belum baca quran akan pulang untuk bergabung, baru seteah itu kembali lagi ke ladang. Pengeras suara di antara fungsinya adalah ‘memanggil’ para pemuda ini untuk hadir mengambil giliran ngaji. Demikian seterusnya hingga seluruh al-Quran selesai dibaca. Tentu saja ada yang nyima’ dan sifatnya gentian.

Sebagaimana layaknya sebuah desa, di tretep ada balai desa. Namun pertemuan desa, hampir tidak pernah dilaksanakan di Balai desa. Pertemuan dilaksanakan di masjid selepas shalat Jumat. Jika ada pertemuan urgen, sebelum menyampaikan khutbahnya, khathib akan memberikan pengumuman agar jamaah tidak bubar dulu karena akan ada rapat desa.

Untuk laporan tahunan lurah kepada masyarakat, pun tidak dilakukan di Balai Desa. Laporan kegiatan desa, dilaksanakan selepas khutbah shalat idul fitri. Tentu ini lebih efektif, karena tidak harus mengumpulkan seluruh penduduk desa. Semua orang secara otomatis hadir di lapangan. mereka bisa mengoreksi jika ada kekurangan.

Selepas panen, imam masjid akan mengumumkan pembukaan penerimaan zakat. Semua masyarakat akan berbondong bonding untuk membayarkan zakat pertaniannya. Mereka membayar zakat dengan penuh kesadaran.

Inilah desa Tretep, desa dari produk dari Madrasah Diniyah. Inilah karakter masyarakat produk dari Madrasah Diniyah. Meski seakan sederhana, namun dampaknya ternyata luar biasa terhadap karakter di masyarakat.

Belakangan muncul wacana untuk mengadakan sekolah Full Day. Saya membayangkan jika sekolah ini jadi dilaksanakan, maka Madrasah Diniyah yang masih tersebar di berbagai wilayah di Indonesia akan tutup. Hal ini karena waktu Madrasah Diniyah adalah sore hari, sementara para siswa masih berada di sekolah.

Pembentukan karakter sesungguhnya bisa dilakukan dengan mendorong pengembangan Madrasah Diniyah ini. Selama ini Madrasah Diniyah berjalan sendiri-sendiri dan atas inisiatif individu. Akan lebih baik jika pemerintah mengambil peran dan memberikan dorongan maksimal.

Bukankah sekolah domain mendikbud sementara madrasah domainnya depag? Apakah bisa berkolaborasi? Tentu saja bisa. Apalagi jika sudah menjadi program nasional dan perintah presiden. Tidak ada menteri yang bisa menolak perintah kepala Negara. Bisa-bisa lengser dari kementerian. Antar BUMN saja bisa kerjasama, bahkan disatukan, apalagi sekadar kerjasama antar kementerian.

Pembentukan karakter oleh Madrasah Diniyah ini sudah terbukti dan teruji. ia juga bagian dari kearifan local yang diwarisi dari para pendahulu kita. ia efektim membentuk karakter bangsa, karena yang ditanamkan di sini adalah basic keilmuan Islam dan moral agama. Jadi, tinggal bagaimana ia dimaksimalkan dan dipopulerkan kembali seperti tahun delapan puluhan tanpa harus membentuk program baru Full Day itu yang akan berdampak langsung atas eksistensi Madrasah Diniyah. wallahu a’lam

======================
Telah dibuka pendaftaran Pondok Almuflihun untuk Tahfez dan Ngaji Turas Islam. Informasi lebih lanjut, hubungi Ust Toyib Arifin (085868753674). Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan Pondok Modern Almuflihun, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

20 + 2 =

*