Wednesday, April 24, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Merindukan Dakwah Dengan Hikmah

video ustad hariri mengamuk dan menginjak kepala orang

Jika kita melihat sejarah, 13 tahun Rasulullah saw berdakwah di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Selama di mekah, beliau berhadapan dengan kaum kafir Quraisy yang berhati baja dan keras kepala dalam menentang dakwah Rasul. Mereka tetap bersikukuh mengikuti keyakinan nenel moyang dengan menyembah berhala.

Mereka menghina rasulullah saw, mencacinya bahkan membuat makar ingin membunuhnya. Sahabat nabi yang berpegang kepada Islam, mendapatkan tekanan hebat, bahkan mendapatkan siksaan dan dibunuh. Namun para sahabat tetap tabah.

Hebatnya, meski Rasulullah dan para sahabat diperlakukan seperti itu, mereka tetap berdakwah dengan santun. Mereka tidak mencaci maki kaum Quraisy, menghina mereka atau sesembahan mereka. Mereka tetap hormat dengan orang tua yangbeda keyakinan, dengan saudara yang tidak mau beriman. Mereka tetap melakukan hubungan silaturrahmi.

Allah melarang kaum muslimin mengumpat sesembahan orang kafir Quraisy. Firman Allah; Artinya : “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Al-An’am :108)

Al-Quran memberikan bantahan secara santun dan rasional. Al-Quran selalu memerintahkan kepada siapapun untuk menggunakan akal pikirannya guna mengenahui mengenai kebesaran Allah. Ar-Quran selalu meminta kepada orang yang menentang Allah agar memberikan bukti empiris, jika memang pendapat mereka benar. Al-Quran mengajarkan kita untuk selalu berdebat secara ilmiah, bukan dengan menghina dan merendahkan. Perhatikan ayar berikut:

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS al-Baqarah: 164)

Dalam sebuah hadis, rasulullah saw bersabda, “Aku diutus bukan untuk menjadi pencaci atau pelaknat, namun aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

Coba tengok mereka yang mengaku sebagai penyebar dakwah \islam saat ini. Betapa mudah mereka merendahkan orang lain. Jangankan dengan orang yang beda agama, sekadar beda pemikiran saja sudah dicap sebagai pengikut Yahudi, antek Zionis, Syiah, Liberal dan lain sebagainya. Ada yang lebih naif lagi, mencap istri-istri orang yang beda aliran dengan pelacur.

Mudah sekali kita menemukan klaim-klaim kebenaran tunggal dengan arogansi pemikiran seperti ini. Cukup googling saja, maka seabrek cacian dari “para dai”, akan kita temukan. Bahkan cacian itu selalu menghiasi status status faceboo.

Kadang saya bertanya, sejatinya siapa yang dijadikan panutan dalam berdakwah? Jika kita menyatakan Rasulullah saw dan sahabat, maka mereka tidak pernah mencaci. Lantas mereka berkiblat ke mana?

Nampaknya kita harus lebih banyak belajar kepada sejarah Rasulullah saw dan para sahabat. Generasi awal Islam adalah khairu ummah, generasi terbaik umat ini.

Apapun yang kita sampaikan, adalah wujud dari kepribadian dan identitas kita. Apa yang keluar dari mulut, tidak akan jauh berbeda dengan apa yang tersimpan dalam hati kita.

Semoga kita diberi kelapabgan hati, tidak mudah mencaci dan merendahkan orang lain. Amiin

ر

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

six − 4 =

*