Thursday, April 25, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Menimbang Kontraversi Fikih Kebinekaan

fdasy

 

Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan hadiah buku dari rekan yang baru saja pulng dari tanah air. Bukunya cukup istimewa, karena ditulis oleh para intelektual Muhammadiyah. Buku ini cukup fenomenal dan pernah menjajdi perdebatan di internal Muhammadiyah. Buku itu adalah “Fikih Kebinekaan”

 

Awalnya saya baca sekilas, dari sambutan-sambutan hingga akhir buku. Saya lihat judul setiap artikel, lalu juga saya lihat literatur yang dijadikan sebagai rujukan. Dari situ saya menemukan banyak keanehan, keunikan dan bahkan “kelucuan”. Akhirnya saya tertarik untuk mulai membaca satu-satu secara tuntas.

 

Tulisan yang pertama kali saya baca adalah tulisannya M. Amin Abdullah. Judulnya Memaknai Al Ruju Ilaa al-Qur’an wa al sunnah; Dari Qiraah Taqlidiyah ke Tarikhiyyah Maqashidiyah . Ia menulis dari halaman 49-83. Tulisannya cukup lugas dan jelas. Di dalamnya banyak memberikan peta pemikiran mengenai sistem pembacaan teks para ulama. Juga kritik terhadap kajian turas Islam yang dianggap terlalu rigit. Dari bacaan saya terhadap tulisan beliau, saya mempunyai bebrapa catatan, di antaranya sebagai berikut:

 

Pertama, dilihat dari judul, nampak bahwa beliau mengkaji mengenai  cara pembacaan teks dengan merujuk pada Quran dan sunnah. Ini terlihat dari judul ekornya, yaitu Dari Qiraah Taqlidiyah ke Tarikhiyyah. Penulis ingin menyampaikan kritikannya terhdap sistem pembacaan teks yang dikaji para ulama klasik. Kemudian setelah memberikan catatan terhadap sistem pembacaan ulama tersebut, beliau menawarkan sistem bacaan yang lebih sesuai dengan konteks kontemporer.

 

Jelas sekali dalam tulisannya, beliau memberikan kritikan terhadap cara baca ulama klasik terhadap teks (Quran Sunnah). Sayangnya kritikan tajam beliau ini bukan murni dari pendapat beliau. Semua kritikannya adalah “kata orang”. Beliau tidak membaca langsung turas Islam, namun dari orang kedua yang membaca turas Islam, lalu mengritiknya, dan kritik orang kedua ini yang beliau jadikan pegangan.

 

Dari mana kita tau bahwa kritikannya itu bukan murni dari pendapat beliau? Dari litelatur yang digunakan. Meski beliau mengkritik turas Islam namun tidak satu pun kitab kuning yang dijadikan sebagai referensi. Semua litelatur yang digunakan adalah litelatur kontemporer. Itu pun sebagian besar dari intelektual yang beraliran kiri atau sekuler atau dari para orientalis. Ini bukti nyata bahwa beliau sekadar menggunakan litelatur sekunder dan bukan primer.

 

Bagi seorang peneliti, literatur mempunyai posisi yang sangat fital. Penelitian bisa diterima dan dianggap obyektif jika banyak menggunakan literature primer. Jika penelitian sekadar mengandalkan literature sekunder, maka penelitiannya dianggap tidak obyektif. Ia sekadar menukil dan mengemukakan hasil penelitian orang lain. Di sini tidak ada orisinalitas atas obyek yang diteliti. Contohnya, beliau banyak bicara tentang maqashid syariah, tapi tidak ada buku maqashid syariah dari ulama klasik yang dijadikan sebagai rujukan. Padahal di situ beliau banyak memberikan kritikan seputar ilmu maqashid klasik. Al-Muwafawat Syathibi yang sangat monumental pun, luput dari bahan rujukan beliau.

 

Yang saya sayangkan adalah bahwa penulisnya  sudah bergelar Profesor Doktor. Artinya secara akademis, beliau tau tentang etika penelitian. Sangat ironis jika seorang professor dalam penelitiannya sekadar membebek dari hasil riset orang lain.

 

Semestinya M. Amin Abdullah membaca langsung turas Islam secara mandiri. Dari hasil bacaannya, baru ia menyimpulkan mengenai sistem pembacaan teks para ulama klasik. Jadi yang disampaikan beliau ini benar-benar karya beliau secara obyektif.

 

Soal Penggunaan literatur sekunder ini saya anggap sebagai kelemahan mendasar dan sangat fatal sehingga menggugurkan semua kesimpulan yang disampaikan dalam lembaran-lembaran selanjutnya. Bersambung …..

Comments

comments

 border=
 border=

One comment

  1. Hi, just wanted to tell you, I enjoyed this post. It was inspiring.Keep on posting!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

14 − eleven =

*