Thursday, April 18, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Makna Iman

Seri Syarah HPT Bab Iman.
Artikel ke-45

الإِيْمَانُ بِا للهِ عَزَّ وَجَلَّ

يَجِبُ عَلَيْنَا اَنْ نُؤْمِنَ بِا للهِ رَبِّنَا ( 4) وَهُوَ الْإِلَهُ الْحَقُّ الَّذِى خَلَقَ كل شّيْئٍ وَهُوَ الواَجِبُ الوُجُوْدِ ( 5) وَ اْلأَوَّلُ بِلاَ بِدَايَةٍ وَاْلآخِرُ بِلاَ نِهَايَةٍ ( 6) ولاَ ( يُشْبِهُهُ شَيئٌ مِنَ الكَائِنَاتِ ( 7) الاَحَدُ فِىأُلُوْهِيَّتِهِ وَصِفاَتِهِ وَ اَفْعَالِهِ ( 8
( اَلْحَىُّ القَيُّوْمُ ( 9)السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ( 10 ) وَهُوَ عَلَى آُلَِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ( 11 إِنَّمَا اَمْرُهُ اِذَا اَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ آُنْ فَيَكُوْنُ ( 12 ) وَهُوَ عَلِيْمٌ بِمَايَفْعَلُوْنَ ( 13 ) اَلْمُتَّصِفُ بِالْكَلاَمِ وَآُلِّ آَمَالٍ. المُنَزَّهُ عَنْ آُلِّ نَقْصٍ وَمُحَالٍ ( 14 ).( يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ. بَِيَدِهِ اْلأَمْرُ آُلُّهُ وَإِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ ( 15
4

IMAN KEPADA ALLAH YANG MAHA MULIA
Wajib kita percaya akan Allah Tuhan kita (4). Dialah Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang pasti adanya (5). Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang akhir tanpa penghabisan (6). Tiada sesuatu yang menyamai-Nya (7). Yang Esa tentang ketuhanan-Nya (8). Yang hidup dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada (9). Yang mendengar dan yang melihat (10). Dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu (11). Perihal-Nya apabila ia menghendaki sesuatu Ia firmankan: “Jadilah”! maka
jadilah sesuatu itu (12). Dan dia mengetahui segala sifat kesempurnaan. Yang suci dari sifat mustahil dan segala kekurangan (14). Dialah yang menjadikan sesuatu menurut kemauan dan kehendakNya. Segala sesuatu ada ditangan-Nya dan kepada-Nya akan kembali (15).

Iman seperti yang dinyatakan oleh Imam Baqilani, Imam Haramain dan lainnya, merupakan kepercayaan manusia terhadap Allah swt. Kepercayaan tersebut tumbuh dari kesadaran mutlak bahwa alam raya datang tidak dengan sendirinya. Manusia muncul ke dunia bukan secara kebetulan. Jagat raya seisinya merupakan makhluik ciptaan Allah. Allah merupakan Tuhan semesta alam. Firman Allah:

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Allah sebagai Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan segala sesuatu sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُۥ حَثِيثًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتٍۭ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-‘A`raf: 54)
ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ قَرَارًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Ghafir: 64)
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْأَرْضَ فِى يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُۥٓ أَندَادًا ۚ ذَٰلِكَ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”. (QS. Fushshilat: 9)
Keimanan dan kepercayaan kepada Allah sebagai Tuhan semesta alam, lantas dibukatikan dengan ikrar melalui lisan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Selanjutnya, telah berislam dan mengharuskan dirinya untuk memenuhi beban hukum. Ia diwajibkan untuk melaksanakan segala yang diperintahkan Allah seperti yang termaktub dalam kitab suci, dan menjauhi segala larangan-Nya.
Keimanan, akan menjadikan hidupnya hanya bergantung kepada Allah semata, serta segala sesuatu hanya berharap kepada Allah. Ia tidak menggantungkan hidupnya kepada harta, pangkat atau jabatannya. Jika di dunia ia mempunyai harta benda dan jabatan terhormat, akan ia gunakan untuk mengabdi kepada Allah. Ia sadar bahwa sesungguhnya, harta dan jabatannya merupakan titipan dan amanah yang diberikan Allah kepadanya. Ia menyadari bahwa sesungguhnya, manusia diciptakan ke dunia, tujuan utamanya adalah untuk menyembah dan beribahda kepada Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ . مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.” (QS. Adz-Dzariyat : 56 – 57)
Jika ia mendapatkan kesulitan, ia akan memohon dan berdoa agar Allah agar memberikan jalan keluar. Ia pun menyadari bahwa apa yang sedang dialami, merupakan ujian dari Allah. ujian tersebut berfungsi untuk melihat kadar dan kualitas keimanan hamba, apakah ia akan bersabar dalam keimanan, ataukah akan kufur atau bahkan akan meninggalkan keimanannya menuju kekafiran. Jika ia bersabar, ia akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Ia akan mendapatkan kabar gembira dari Allah swt berupa masuk ke dalam surga-Nya. Firman Allah:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّـمَرَاتِ ؛ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ . الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ . أُوْلـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ، وَأُوْلئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ .
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesung-guhnya kita adalah orang-orang yang kembali kepada-Nya. Mereka itulah yang menda-pat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al Baqarah:155 – 157)
Ia pun menyadari bahwa sesungguhnya kehidupan dunia merupakan sandiwara yang kelak akan berahir. Oleh karenanya, kehidupan yang sangat sebentar itu, akan dimanfaatkan untuk melakukan amal salih. Kehidupan, akan digunakan sebaik mungkin untuk mencari bekal bagi dirinya guna perjalanan panjang menuju negeri Akhirat. Kehidupan akan dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS. Muhammad : 36)
Oleh karena ia percaya bahwa kehidupan merupakan ujian, maka dalam kondisi apapun, ia tetap berpegang teguh kepada tali Allah. Ia tidak akan menyekutukannya dengan sesuatu. Sesulit apapun, tetap tsiqah dan percaya kepada Allah.
Ia tidak akan pergi ke tukang dukun, untuk meminta agar kesulitan yang sedang menimpanya, segera dapat trerselesaikan. Ia tidak akan mencari pesugihan dengan memelihata jin dan sejenisnya. Mendatangi dukun adalah bentuk kekafiran yang nyata. Dukun merusak keimanan dia kepada Allah. Dukun, menjadikan dia bergantung kepada sesuatu selain Allah. Perhatikan hadis nabi Muhammad saw berikut ini:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَــلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
Barangsiapa yang datang kepada ahli nujum (tukang meramal) atau dukun (orang yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib), kemudian dia membenarkan (percaya) apa yang ahli nujum atau dukun tersebut katakan, maka benar-benar dia telah kafir terhadap kebenaran Al Qur’an yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.” (Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dan Al Hakim)
Imam At Thabrani meriwayatkan hadits Nabi Muhammad saw.:
مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ بَرِئَ مِمَّا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ أَتَاهُ غَيْرَ مُصَدِّقٍ لَهُ لَمْ يُقْبَلْ لَهُ صَلاَةُ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَا .
Barangsiapa yang datang kepada dukun kemudian dia membenarkannya apa yang ia katakan, maka dia benar-benar telah melepaskan diri dari apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dan barangsiapa yang datang kepada dukun dalam keadaan tidak membenarkan omongannya, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.
مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ حُجِبَتْ عَنْهُ التَّوْبَةُ أّرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ، فَإِنْ صَدَّقَهُ بِمَا قَالَ فَقَدْ كَفَرَ .
Barangsiapa yang datang kepada dukun kemudian dia bertanya tentang sesuatu kepadanya, maka ditutup baginya pintu taubat selama 40 hari. Dan jika dia membenarkan omongan dukun tersebut, maka benar-benar dia telah menjadi kafir.
Kemiskinan seringkali menjadikan orang menggadaikan keimanan. Banyak yang murtad dan keluar dari agama Islam, karena mendapatkan bantuan materi dari mereka yang agama lain. Menggadaikan iman demi harta, bagaikan menjual emas permata dengan sampah. Bisa saja ia akan mendapatkan tumpukan harta di dunia,namun kelak di akhirat, ia akan mendapatkan siksaan yang sangat pedih. Siksaat bagi mereka yang menggadaikan iman, adalah amsuk nerakan dan kekal di dalamnya. Memang benar bahwa kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran, kecuali bagi mereka yang bersabar.
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا

Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”

Cinta kepada lawan jenis, juga sering membutakan hati manusia. Banyak dari umat Islam yang rela murtad meninggalkan agama Islam dan beralih kepada ajaran Kristen, karena cinta kepada lawan jenis yang berbeda agama. Ia pindah agama, dan lupa bahwa prilakunya tersebut akan merugikan dirinya, di dunia dan akhirat. Padahal cinta yang paling tinggi derajatnya adalah cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Sejatinya kita mengerbankan apapun yang kita miliki demi meraih cinta Allah dan rasul, bukan sebaliknya, menggadaikan iman hanya untuk mengejar cinta semu.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ {31} قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ {32}
“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Ali Imran: 31-32).
عن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya”. (HR. Bukhari, Kitab : Iman, Bab : Mencintai Rasulullah bagian dari iman, No. Hadist : 13)
Padahal sesungguhnya kekayaan, bukanlah dari banyaknya harta benda. Banyak orang yang hidupnya berlimpah, namun hatinya kosong. Ia fakir dan selalu merasa kurang. Ia pun kufur dengan nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia menjadi manusia penipu dan koruptor yang menjarah harta rakyat demi kekayaan pribadi. Di dunia, ia akan sengsara. Harta yang diambilnya tidak ada berkah. Kelak, akan mendapatkan balasan yang jauh lebih dahsyat.
Kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan jiwa, yang selalu bersyukur manakala mendapatkan nikmat, dan sabar manakala mendapatkan musibah.
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Artinya: “Kaya itu bukanlah lantaran banyak harta. Tetapi, kaya itu adalah kaya jiwa.” (HR Bukhari dan Muslim)

Iman kepada Allah, bearti percaya bahwa hanya Allah saja yang harus disembah. Allah Tuhan langit, Tuhan bumi, Tuhan semesta alam. Allah ada sebelum alam raya ada, dan ia tetap akan ada, meski dunia seisinya kelak akan tiada. Ia adalah zat yang Maha Awal dan Zat yang maha Akhir.
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ ﴿٤

1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلأَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
Dialah Allah, Al-Awwal (Yang Pertama) dan Al-Akhir (Yang Akhir), Azh-Zhahir (Yang paling atas/zhahir) dan Al-Bathin (Yang paling bathin). Dan Dia ‘Aliim (Maha mengetahui) terhadap segala sesuatu. [Al-Hadid : 3]

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

fourteen + 7 =

*