Ibnu Rusyd lahir dalam lingkungan dan keluarga intelektual pecinta ilmu-ilmu keislaman. Sejak dini, beliau memang ditanamkan untuk memperdalam keilmuan Islam. Ibnu Rusyd sejak kecil sampai remaja mengenyam pendidikan agama yang ketat. Menginjak masa remaja, beliau mulai belajar ulum aqliyah, baik yang terkait dengan sains, filsafat maupun kalam. Tidak mengherankan jika beliau kemudian menjadi ulama besar yang sangat mendalami terhadap ulum syar’iyah dan naqliyah sekaligus.
Dalam analisa ushul fiqh, beliau cenderung kepada maqashid syariah. Nampak sekali rasionalitas pemikiran ushul fikih beliau dan selalu mengedepankan makna dibandingkan dengan jadal lafal. Dari sini, sesungguhnya beliau bisa dikatakan sebagai penanam benih awal ilmu maqashid di tanah Andalusia.
Model pendidikan Ibnu Rusy tersebut banyak menjadi inspirasi mengenai integrasi-interkoneksi pendidikan agama dan sains . Beliau menjadi bukti ulama ensiklopedis yang menguasai dua bidang keilmuan sekaligus. Ibnu Rusd juga menjadi bukti bahwa sesungguhnya antara ilmu agama dan sains sama sekali tidak terjadi benturan dan bahkan satu sama lain bisa saling mendukung.
Waktu itu memang belum ada istilah islamisasi ilmu pengetahuan. Umat Islam belum memisahkan ilmu-ilmu agama dengan sains. Kedua ilmu itu menjadi satu perpaduan yang mengantarkan peradaban Islam menjadi pusat peradaban dunia. Islamisasi pengetahuan baru muncul, lantaran pengaruh sekularisasi peradaban Barat di dunia Islam.
Spirit keilmuan Ibnu Rusyd yang memadukan ilmu syaiah dan sains, sejatinya membuka tabir mengenai keilmuan Islam yang sesungguhnya. Islamisasi ilmu pengetahuan, dalam sejarah klasik umat Islam, sesungguhnya tidak ada, karena mereka telah mengenal jati diri ilmu pengetahuan yang menyatu dan integral. Tidak ada pemisahan antara keduanya.
