Imam Ghazali adalah ulama besar ensiklopedis yang menguasai banyak cabang ilmu pengetahuan. Bukan hanya filsafat, namun juga tasawuf, fikih, ushul fikih, mantiq dan lain sebagainya. Dalam bidang ushul fikih, beliau juga ulama “pembaharu” yang banyak menyinggung persoalan maqashid syariah. Sistema membagian maqashid yang lima suah semakin sistematsi dan mendetail beliau melanjutakan apa yang sebelumnya telah dikaji oleh gurunya, Imam Haramain.
Dalam kitab Syifaul Alil dan Ihya Ulumuddin, Imam al-Ghazali banyak membahas tentang maqashid syariah. Di dua buku tadi, khususnya buku syifaul ghalil, imam ghazali banyak membahas mengenai illat suatu hukum dan kaitannya dengan maqashid syariat. Bahasanya juga sangat mendetail dan mendalam.
Setelah beliau, imam Syathibi melanjutkan dengan memberikan keterangan yang jauh lebih luas. Bahkan banyak yang menyatakan bahwa beliau sebagai peletak ilmu maqashid. Itu karena bahasannya yang sangat mencakup dan komperhensif serta dalam kitab yang independen.
Setelah beliau, cukup lama ilmu maqashid fakum dari sejarah keilmuan Islam. Baru kemudian di masa Ibnu asyur, ilmu maqashid kembali bangkit. Beliau menilis buku dengan jusul maqashid syariah yang banyak mengupas mengenai urgensi ilmu maqashid dalam fikih Islam dan dampak negative yang akanditimbulkan bagi umat Islam jika mengesampingkan dan melupakan ilmu maqashid.
Para ulama di atas sepakat bahwa ilmu maqashid sangat urgen dalam kelangsungan pemikiran Islam dan sebagai sarana memberikan berbagai macam solusi alternative bagi berbagai problem umat Islam. Semua sepakat bahwa ilmu maqashid mempunyai peranan penting dalam menjaga hukum syariat supaya selaras dengan kebutuhan zaman. ilmu maqashid semakin menampakkan eksistensi hukum Islam yang tidak beku serta lentur dalam menghadapi berbagai perkembangan zaman. Ilmu maqashid menjadi metodologi alternative dalam mengemban risalah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
