Wednesday, April 24, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Ilat Ma’lul Dan Penciptaan Alam Semesta

hjds

 

 

Sebelumnya telah kami sampaikan mengenai perbedaan antara illat ma’lul yang digunakan oleh para filsuf dan dalilul hudus yang digunakan oleh ulama kalam. Illat ma’lul semacam hubungaan “sebab akibat”. Artinya, tatkala ada ma’lul, pasti ada illat. Ada alam raya, pasti ada yang mewujudkan alam raya tersebut.

 

Terkait penciptaan dengan alam raya, menurut para filsuf bahwa alam raya ada karena ada yang mewujudkannya. Illat yang mewujudkan itu, bisa jadi membutuhkan illat lain. Namun demikian pasti akan berujung kepada illat terakhir yang sifatnya wajibul wujud. Illat terakhir tadi, harus bersifat azal. Ia ada karena memang harus ada. Jadi, illat pertama sifatnya qadim.

 

Karena ia qadim, maka ma’lulnya juga harus qadim. Menurut mereka, mustahil sesuatu yang qadim akan memunculkan sesuatu yang hadis (ciptaan). Jika ia menciptakan sesuatu yang hadis, bearti illat tadi juga hadis pula.

 

Hadis dalah sesuatu yang ada, yang didahului dengan ketiadaan. Ketika ia harus wujud, bearti yang mewujudkannya harus punya keinginan (sifat iradah), supaya sesuatu tadi bisa wujud. Keinginan tadi, tentu terikat dengan waktu. Jadi wajibul wujud, terikat dengan waktu. Mengapa ia harus mencipatakn alam raya sekarang, mengapa tidak dari dulu,  mengapa tidak besok saja, dan lain sebagainya. Ikata-ikatan waktu itu merupakan sifat makhluk yang hadis. Sementara wajibul wujud, bukan makhluk, namun ia khaliq yang sifatnya qadim. Ia harus terhindar dari sifat-sifat hadis tersebut.

 

Waktu sendiri, menurut Aristoteles merupakan kadar dari ukuran gerak benda. Sebelum alam raya tercipta, tentu tidak ada waktu. Pergerakan alam raya lah yang menyebabkan adanya waktu tersebut. Jika waktu belum tercipta, bagaimana mungkin keinginan (iradah) Sang Pencipta terikat dengan waktu? Keterikatan ini juga sifat makhluk. Jika “keinginan” Tuhan terikat dengan makhluk, itu artinya Tuhan membutuhkan makhluk. Padahal sesuatu yang masih membutuhkan yang lain, itu adalah sifat makhluk. Jadi ia bukan wajibul wujud lagi. Ia mumkinunl wujud. Ia bukan Tuhan.

 

Kesimpulannya, karena Tuhan itu illat pertama, maka ia sifatnya harus qadim. Karena ia qadim, ia tidak boleh terikat dengan ruang waktu. Untuk menghindari asumsi bahwa Tuhan terikat dengan waktu, maka keberadaan alam raya ini merupakan ma’lul dari Tuhan. Ia ada karena Tuhan ada. Keberadaannya ada tatkala Tuhan itu ada.  Karena Tuhan sifatnya qadim, maka alam raya ini juga harus qadim. Karena illat yang qadim, akan menelurkan ma’lul yang qadim pula.

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

5 × one =

*