Friday, April 19, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Ijtihad Semantik dan Ijtihad Maqashidi

12188329_10205534212580072_2032734040_n

 

Pada tahun 2005, saya menulis buku dengan judul Ijtihad semantik dalam ushul fikih. Waktu itu saya masih tingkat IV Kuliah Ushuluddin jurusan Akidah dan Filsafat. Saya menulis pada mulanya karena semata pembagian tugas di kajian Mizan Study Club. Anggota yang lainnya mengkaji tentang sistem pembacaan teks perpektif para sarjana Barat, sementara saya sendiri menulis tentang sistem pembacaan teks menurut para sarjana muslim klasik.

 

Dari sana, menghasilkan buku ijtihad semantik tersebut. Buku ini sekarang dalam proses penerbitan di Indonesia. barangkali dalam minggu-minggu ini sudah bisa dipasarkan. Dalam kesimpulan terahir penelitian ringan saya, ijtihad semantik konsen ke bahasa. Ia sangat urgen dan telah menghasilkan banyak kaedah ushuliyyah lughawiyah. Ia adalah point terpenting dalam kajian ilmu ushul fikih Syafii. Bahkan semantik menjadi lubbul ushul. Tanpanya, maka ushul fikih menjadi tak bermakna.

 

Hanya saja, banyak persoalan dalam realitas sosial yang terkadang tidak dapat dipecahkan dengan ijtihad semantik. Perlu model dan manhaj lain yang lebih bersentuhan dengan alam realita. Ia adalah ijtihad Maqashidi. Jika kajian semantik bermula dari teks ke konteks, maka kajian maqashidi dari konteks menuju teks. Di akhir buku, saya “berjanji” akan menyempurnakan buku semantik dengan buku lanjutan, yaitu ijtihad maqashidi.

 

Buku ijtihad semantik saya tawarkan ke banyak penerbit dan semuanya menolak. Hingga akhirnya niatan untuk menulis buku kedua menjadi luntur. Saya banting setir dan menjadi penerjemah. Buku ijtihad maqashidi pun sekadar menjadi mimpi.

 

Tahun 2013, semangat menulis kembali muncul. Menulis pada dasarnya adalah keinginan menyampaikan ide kepada pembaca. Tidak harus dengan buku, blog pun bisa jadi sarana. Sekarang sudah lebih muda untuk memasarkan ide. Berbeda dengan 10 tahun silam.

 

Kesadaran ini akhirnya mengantarkan saya membuat membuat blog almuflihun.com dan tiga kajian whatsapp, yaitu terkait dengan ushul fikih, pomikiran politik Islam dan Ilmu Kalam. Selain di WA, saya juga buat group di FB dengan nama kajian yang sama.

 

Tulisan pun mengalir apa adanya. Apa yang ada dalam benak saya, saya sampaikan. Saya tidak peduli, apakah ide saya diterima masyarakat atau tidak. Bahkan saya juga tidak menghiraukan, apakah tulisan saya ada yang membaca atau tidak.

 

Ternyata sambutan masyarakat sangat positif. Banyak tanggapan masuk di griup WA atau FB. Ini semakin membuat saya lebih semangat lagi untuk menuliskan buku kedua ijtihad maqashidi.

 

Ijtihad semantik dan ijtihad maqashidi, bagi saya sangat penting. Ia adalah model ijtihad yang sangat sesuai dengan konteks kekinian. Ia muncul dari rahim ulama Islam. Ia lebih sesuai dalam kajian kitab suci dan sunnah nabi dibandingkan dengan metodologi Barat.

 

Ijtihad semantik dan maqashidi ini harus disosialisasikan. Ia harus familier di kalangan sarjana muslim kontemporer, khususnya para sarjana Indonesia. ia bukan hanya harus diketahui, namun juga diperdalam dan dikembangan.

 

Ijtihad semantik dan ijtihad maqashidi, adalah sebuah “Proyek Pemikiran”. Ia bak “Pondasi Pemikiran Islam” yang akan dijadikan sebagai tumupuan dalam membangun sebauh pemikiran besar dalam mencari berbagai solusi atas persoalan umat.

11898529_10206238746341350_3703523151317924574_n

Buku saya, Islam menjawab jilid I (sudah dicetak), jilid II, dan III (masih berbentuk file), juga pemikiran politik Islam (masih proses penulisan) sesungguhnya berpijak dari dua model ijtihad itu. Kaedah yang dipakai tidak lepas dari kaaedah-kaedah yang ada dalam kajian ijtihad semantik dan maqashidi.

 

Harapannya, sarjana muslim tidak mudah terlena dan terbius dengan metodologi Barat sementara lalai dengan metodologi sendiri. Turas Islam sesungguhnya telah mewarisi permata yang sangat berharga. Tuhas kita adalah mengesplorasi berbagai pemikiran mereka untuk kita kontekstualkan kembali dalam kehidupan Islam kontemporer. Banyak model ijtihad yang sangat brilian dan perlu kita contoh. Banyak pula pemikiran merek yang masih sangat layak. Jika ada persoalan yang belum dibahas, mereka telah meninggalkan metodologi ijtihad yang bisa kita jadikan acuan dan pegangan. Dengan metodologi ini, kita bisa berselancar dalam menanggapi berbagai pronlem umat tanpa harus tercerabut dari akar budaya Islam. Wallahu alam

 

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

2 × two =

*