Saturday, April 20, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Dua Golongan Pemburu Dunia

peluang-bisnis-onlineSudah menjadi fitrah manusia mencintai dunia. Manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan berbagai kekayaan materi. Harta benda merupakan perhiasan hidup. Dalam al-Quran Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imran / 3 : 14).

Perempuan, anak-anak, emas permata, kendaraan, berbagai harta benda seperti hewan ternak, hasil pertanian, bisnis dan lain sebagainya memang menjadi keindahan dunia.

Dalam memandang harta benda ini, manusia dibagi menjadi dua golongan;
1. Dunia menjadi tujuan utama
2. Dunia hanya sarana ibadah kepada Allah.

Golongan pertama menjadikan dunia sebagai tujuan. Dengan berbagai cara akan mereka lakukan untuk mendapatkan dunia. Mereka ini tidak lagi menjadikan etika agama sebagai sarana untuk mencari harta.

Mereka tidak mengenal halal haram. Baginya, semua yang dapat mengantarkan manusia menuju kekayaan dunia adalah halal adanya. Mereka tidak segan-segan melakukan manipulasi, korupsi, suap, penipuan dan perbuatan kotor lainnya. Hal terpenting adalah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Pekerjaan mereka adalah menumpuk harta. padahal kelak ketika mereka mati, harta tidak akan mereka bawa. Harta akan ditinggalkan di dunia ini. Allah mencela manusia yang pekerjaannya hanya memburu harta.

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ ١

الَّذِي جَمَعَ مَالا وَعَدَّدَهُ ٢
يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ ٣
كَلا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ ٤
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ ٥
نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ ٦
الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الأفْئِدَةِ ٧
إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ ٨
فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ ٩

Artinya:
1. kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,
2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung,
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4. sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
5. dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
7. yang (membakar) sampai ke hati.
8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
Karena begitu besar keinginan mereka, sehingga ketika menghadapi kegagalan, apalagi kebangkrutan, mereka tidak siap. Pada akhirnya mereka menjadi orang yang stres. Mereka gila karena dunia.

Fenomena paling nampak adalah gila jabatan yang saat ini sedang melanda tanah air. Banyak caleg yang mengeluarkan biaya ratusan juta hanya untuk mengejar jabatan.

Tatkala jabatan itu tidak dapat diraih, maka mereka dilanda stres berat. Betapa tidak, sudah banyak uang suap yang mereka keluarkan. Bahkan sampai berhutang ke sana kemari, namun kemudian dia tidak mendapatkan apa-apa. Tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya masuk rumah sakit jiwa.

 
Golongan kedua adalah mereka yang melihat dunia hanya sekadar sarana saja. Dunia sebagai tempat ibadah kepada Allah. Mereka tetap akan mencari dunia. Bagi mereka, itu adalah perintah Allah yang harus dilaksanakan.

Dalam al-Quran, Allah berfirman;

وَابْتَغِ فِيْمَا اتكَ اللهُ الدَّارَ الْاخِرَةِ وَلاَتَنْسَى نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَااَحْسَنَ اللهُ اِلَيْكَ وَلاَتَبْغِ الْفَسَادَ فِيْ الْاَرْضِ اِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ (القصص: ٧٧ )
Artinya: ”Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan negeri akhirat), dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepadaorang lain) sebagaiman Allah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.56 (Al-Qoahos: 77)

Mereka tidak pernah lupa dengan akhirat. Tatkala dunia didapat, akan mereka gunakan sebaik mungkin untul beribadah kepada Allah. Mereka akan berzakat sebagai kewajiban agama. Mereka akan bersedekah. Mereka selalu peka dengan lingkungan sekitar. Mereka juga tidak segan untuk menyumbangkan hartanya demi kemaslahatan umat.

Harta yang mereka keluarkan itu, akan menjadi amal jariyah kelak di akhirat. Meski sudah meninggal, ia akan selalu mendapatkan pahala atas apa yang ia sumbangkan. Ia senang jika harta bertambah. Bukan karena ia cinta dunia, tapi karena ia semakin mampu membantu banyak orang yang membutuhkan. Ia dapat memberikan pekerjaan kepada orang lain. Bisa memberikan sarana penghidupan adalah bagian dari amal shalih.

Segala aktivitasnya selalu ditimbang dari kacamata agama. Ia sangat berhati-hati supaya tidak terjatuh kepada perbuatan yang diharamkan.

Dia lebih memilih pekerjaan lain, yang mungkin keuntungannya lebih sedikit, dibandingkan mendapatkan banyak keuntungan, namun harus dengan cara menipu, menyuap, atau bahkan korupsi. Ia selalu mempertimbangkan keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat. Firman allah.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاَةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (الجمعة :9)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman apabila (kalian) diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka segeralah kalian mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui [QS al-Jumu‘ah (62): 9)].

Lihat ayat di atas, dalam mencari penghidupan, tatkala datang waktu shalat, maka ia akan mendirikan shalat. Setelah itu, ia kembali menjalankan aktivitas kehidupannya.

Jika harta dunia tidak ia dapatkan, ia tidak kecewa. Ia tidak setres. Ia akan selalu berusaha, bertawakal dan bersabar. Ia sadar bahwa orang bersabar akan mendapatkan berita gembira dari Allah. Ia sadar bahwa Allah melihat dari aktivitas dan kerja seorang hamba, bukan dari nilai yang dihasilkan.

Firman Allah:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ

Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2] : 155).
Apapun yang ia usahakan, meski di hadapan manusia tidak menghasilkan apa-apa, namun dihadapan Allah nilainya sangat besar. Dengan usahanya itu, Allah memberikan pahala yang berlipat.

 

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. 

Demikianlah dua golongan manusia pencari dunia. Semoga kita dikelompokkan ke dalam golongan yang kedua, golongan orang yang menjadikan harta sebagai sarana menuju ibadah kepada allah.

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

twenty − 1 =

*