Saturday, April 20, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Demi Ahok, Ungkapan Peneliti Badan Bahasa Pun Dibelokkan

yeyen-maryani-kemendikbud

 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara resmi menyatakan bahwa gubernur Jakarta, Ahok dianggap telah menistakan agama. Bukti berupa video sudah beredar di youtube sehingga setiap orang bisa melihat pernyataan Ahok secara langsung.

 

Sayangnya, penanganan kasus Ahok sangat lambat sehingga umat Islam melakukan demo besar. Semua ormas Islam sepakat meminta pemerintah melakukan tindakan kongrit dengan menangkap Ahok dan segera diproses ke pengadilan. sayangnya, pemerintah sangat lambat. Umat bangkit dan melakukan demo besar-besaran.

 

nampaknya para pendukung Ahok merasa terjepit. Berbagai cara mereka lakukan untuk menunjukkan bahwa Ahok tidak bersalah sehingga lepas dari jeratan hukum.  Mereka tidak segan memutarbalikkan fakta, seperti kasuspembelokan pernyataan pakar bahasa, Dr. Yeyen Maryani. Berikut ini pernyataan yang dikutip oleh media kompasmetro.com mengutip pendapat beliau. Di bawahnya akan kami sampaikan pernyataan resmi dari Dr. Yeyen Maryani yang berupa dialog WA antara beliau dengan Bapak Ghafar Ruskhan, Peneliti dan Pensihat Badan Bahasa Kemendikbud.

 

http://www.kompasmetro.com/2016/11/begini-kata-ahli-bahasa-soal-apakah.html

 

Menurut Peneliti Bahasa dari Badan Bahasa Kemendikbud, Yeyen Maryani, kata-kata Ahok ini tidak menjurus pada penistaan agama. Karena secara kaidah kebahasaan, kata “dibohongi” merupakan kalimat pasif.

 

“Jadi dibohongi itu kan kalimat pasif. Sebetulnya ada subjeknya yang dihilangkan. Di dalam konteks sebelumnya itu adalah bapak ibu gitu ya. Bapak ibu dibohongin itu sebagai predikatnya, pakai surat itu adalah keterangan,” jelas Yeyen Maryani.

“Dalam konteks itu berarti yang dimaksudkan dibohongin dengan menggunakan. Jadi ayat itu dipakai sebagai alat membohongi bapak ibu yang di dalam konteks sebelumnya itu,” kata Yeyen.

Yeyen tegas mengatakan, secara kebahasaan, Ahok tidak bisa dikatakan menghina ayat Al-Qur’an.

“Dibohonginnya tidak mengacu pada ayatnya sebetulnya, tapi ayat itu dipakai sebagai alat untuk membohongi. Permasalahannya apakah yang membuat pernyataan itu, kan tidak menyatakan bahwa surat itu bohong. Tetapi menggunakan alat dengan ayat itu. Jadi memakai ayat itu sebagai alat membohongi orang, kan begitu maksud sintaksisnya,” Yeyen menjelaskan panjang lebar.

 

Berikut klarifikasi dari Dr. Yeyen Maryani seperti yang beliau sampaikan melalui WA:

 

[6/11 10:43] Abdul Gaffar Ruskhan: Saya kaget pandangan Bu Yeyen begitu. Saya ingin menanggapi penjelasan Bu Yeyen. Betul kalimatnya pasif. Namun, secara semantis–jangan lepas dari semantis–apalagi dikaitkan dengan implikatur–, kebenaran ayat itu akhirnya disangsikan. Dibohongi secara semantik berarti didustai. Dengan apa didustai, yakni dengan Almaidah: 51. Padahal, kebenaran ayat itu sdh jelas. Coba substitusi: Jangan mau dibohongi dng (pakai) Pasal 36 UUD 1945 (dalam konteks ada orang yg menginginkan bahasa negara bahasa Inggris, misalnya.) Makanya, pilih bahasa Inggris sebagai bahasa negara. Itu artinya kita tidak meyakini kebenaran Pasal 36 yg mengatakan bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Karena itu, kebenaraan Almaidah: 51 itu disangsikan Bu Yeyen. Itu namanya kajian struktur, tanpa menilik dari semantiknya.  Tapi, harus lanjutkan dengan alatnya (pakai Almaidah: 51, keterangan). Padahal, seorang muslim berkata (termasuk, ulama) tidak akan mungkin berbohong karena Almaidah itu bagian kebenaran yg diimani. Lain halnya makna “aulia” bermacam tafsir bukan ujuk2 ada ketika pilkada. Banyak kitab tafsir yg memaknani seperti terjemahan Alquran,  Kamenag.

Saya menyinkronkan dng pendapat Pak Sriyanto. Tetap Ahok itu salah. Ahok sebetulnya menggiring khalayak dengan menggunakan ayat 51 utk meyakinkan orang utk tidak memercayai ayat itu.

Lain halnya jika Ahok bicara, jangan memaknai aulia dlm Almaidah: 51 sbg ‘pemimpin’, tapi ‘teman setia’? Itu tdk ada masalah. Wallahu a’lam.

Ada permintaan ahli bahasa oleh MUI. Saya merekomendasi Pak Mustakim dan Pak Wisnu. Semoga lancar.

[6/11 11:41] Yeyen Mariani: Mohon maaf. Saya tidak memberi  penjelasan spt itu. Saya hanya menjelaskan masalah struktur saja. Anehnya kok jafi seperti itu. Insya Allah saya masih sehat dan tidak bicara segegabah itu. Terima kaaih atas perhatian  yang disampaikan.

[6/11 12:05] Yeyen Mariani: Sekali lagi Pak saya tidak memberi pernyataan seperti pada  berita yang  beredar.          Pertanyaan wartawan pada saya hanya sebatas.struktur. saya hanya menjawab tentang struktur saja tidak ingin masuk ke soal yang lain. Saya sangat kecewa dengan berita itu dan saya sudah konfirmasi ke wartawan ybs  Tampaknya wartawan memelintir bahkan mengubah penjelasan saya. Mohon maaf atas semua ini. Saya merasa sangat dirugikan karena pemberitaan tetsebut.

[6/11 12:07] Abdul Gaffar Ruskhan: Karena itu, Teh, saya kaget dengan pemberitaan yang beredar di media. Mudah-mudahan dapat diklarifikasi.

[6/11 12:08] Yeyen Mariani: Pak Gaffar, saya tidak segegabah itu bicara. Mohon saya dibantu. Saya adalah korban sikap wartawan.

[6/11 12:21] Yeyen Mariani: Paj Gaffar, pernyataan saya dipitongnya dan malah jadi seperti itu. Saya kecewa bwrat pak. Saya ssh konfirmasi ke wartawan yg telepon saya dan minta diklarifikasi. O ya Pak, bahkan teman-teman yang Kristennmempoating itu di mana-mana. Jika afa teman-teman yang protes, mohon Bapak bantu jelaskan saya tidak berbicara dan tidak menyimpulkan seperti itu.

[6/11 12:21] Abdul Gaffar Ruskhan: Memang banyak orang menangguk di air keruh, Teteh. Wartawan ingin suasana yg makin banyak kontroversial, apalagi yg pro-Ahok.

[6/11 12:25] Yeyen Mariani: Saya di wawancara di kereta. Saya kira wartwan biasa yang hanya tanya masalah bahasa. Waktu itu pun saya ssh mengatakan saya tidak mau masuk ke ranah lain karena saya faham benar konsekuensinya.  Terima kasih atas perhatian Pak Gaffar. Besok saya akan ke kantor untuk melaporkan hal ini.

[6/11 12:30] Yeyen Mariani: Pak, saya lulusan kader muballigh Al Azhar angkatan ke-7. Kalau bicara agama, insya Allah kita menjadi pembela utamanya. Jadi, tidak.mungkin saya keluar fari khittah perjuangan oara dai atau daiyah. Oleh karena itu, pada saat di wawancara saya tidak mau masuk ke masalah apakah Ahok Menisgakan agama atau tidak, saya jawab bukan kapasitas saya untuk menjelaskan itu. Mohon.doa Pak biar tidak beekelanjutan. Besok Bareskrim akan datang ke saya untuk minta jadi saksi ahli bahasa. Saya akan lapor dulu dan meminta yang lain saja.

[6/11 12:36] Abdul Gaffar Ruskhan: Saya dorong Teteh menjadi saksi ahli sekaligus untuk mengklarifikasi kesalahan yang beredar di masyarakat. Jelaskan bahwa wartawan telah memplintir penjelasan Tateh. Maju … terus…

 
================

 

Telah dibuka pendaftaran Pondok Almuflihun untuk Tahfez dan Ngaji Turas Islam. Informasi lebih lanjut, hubungi Ust Toyib Arifin (085868753674). Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan Pondok Modern Almuflihun, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899 web: almuflihun.com

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

sixteen − fourteen =

*