Saturday, April 20, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Dampak Negatif Demokrasi; Banyak Caleg Stres

seorang-caleg-stressPasca pemilihan anggota legeslatif, banyak fenomena menyedihan. Caleg yang idak mendapatkan suara cukup, banyak yang stres. Kelakuan mereka pun aneh-aneh, ada yang membongkar rumah warga yang tidak memilihnya, padahal sebelumnya ia sudah memberinya uang politik, ada yang menutup akses jalan, ada yang menangis terus-menerus, ada yang telanjang sambil lari di jalanan dan lain sebagainya. Rumah sakit jiwa pun dibanjiri para caleg stres.
Demokrasi memang banyak kelemahan. Dalam sistem ini, kekuasaan menjadi mutlak berada ditangan rakyat. calon legeslatif juga tidak ada syarat ketat, asal memenuhi syarat administrasi ringan, dapat mencalonkan diri sebagai anggota legeslatif.

Banyak yang ingin jadi anggota dewan bukan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, namun lebih sebagai upaya untuk memperkaya diri dan prestis di masyarakat.

Cara apapun diperjuangkan, meski harus mengeluarkan uang jutaan rupiah, bahkan sampai milyaran. Untuk mendapatkan uang sebanyak itu, ia terpaksa menggadaikan atau menjual barang-barang yang ia miliki. Tanah, rumah, emas, semua dijual demi mendapatkan kekuasaan.

Karena demikian besar ongkos yang harus ia keluarkan, maka tatkala ia tidak lolos, akibatnya mengalamis stres berat. Dia baru berfikir, bagaimana akan menghidupi dirinya dan keluarganya? Harta semuanya sudah ludes. Hutang menumpuk. Pikiran buntu, ia tidak tau lagi cara untuk menutupi hutang. Belum lagi beban sosial yang begitu berat. Ia merasa rendah atau direndahkan oleh masyarakat sekitar. Akibatnya, ia mengalami stres berat.

Padahal jika dihitung secara matematuis, katakanlah ia masuk menjadi anggota legeslatif, gaji yang ia terima selama limta tahun, tidak sampai satu milyar. Artinya, gaji selama ia bekerja, belum dapat menutupi ongkos yang sudah ia keuarkan. Lalu dari mana ia dapat untung? Tidak ada cara lain selain dengan korupsi. Pada akhirnya, ia akan menyesal tatkala ia sudah masuk ke dalam ruangan pengap penjara.

dari awal, niat untuk menjadi anggota dewan saja sudah salah. Tentu langkah selanjutnya akan salah. Apalagi ia sama sekali tidak mempunyai kemampuan intelektual yang memadai. Jangankan mengurus masyarakat, mengurus diri sendiri saja ia tidak mampu.

 

Istilah caleg stres tidak pernah terjadi dalam pemikiran politik Islam. Untuk menjadi anggota ahlul halli wal aqdi, yang fungsinya hampir mirip dengan lembaga legeslatif, syaratnya tidak mudah. Mereka adalah orang-orang kapabel. Mereka harus orang profesional yang mempunyai kemampuan dibidang tertentu dan diakui oleh publik.

selain itu, mereka memahami dua sumber hukum Islam; al-Quran dan sunnah. Karena dari keduanya ini, mereka akan mengeluarkan produk hukum yang sesuai dengan kemaslahatan umat.

Anggota ahlul halli wal aqdi adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan Allah (hablunminallah) dan hubungan baik dengan manusia (hablunminannas). Mereka adalah orang yang beriman dan berilmu. Mereka para intelektual dan ulama yang mempunyai intregritas luar biasa, yang mau mengorbankan tenaga dan pikirannya demi umat.

Mereka menganggap bahwa menjadi anggota ahlul hali qal aqdi, bukan tugas ringan. Ia merupakan amanah yang sangat berat yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Mereka tidak mengenal politik uang. Umumnya masyarakat yang mendorong mereka untuk maju. Mereka tidak perlu kampanye dengan mengeluarkan biaya besar, karena memang peran mereka di masyarakat selama ini sudah teruji. Mereka bukan orang karbitan yang tiba-tiba saja muncul dipermukaan dengan mengatasnamakan wakil rakyat. Mereka adalah para ulama, tokoh cendekia, dan tokoh masyarakat yang mumpuni.

 

Jika mereka maju, pun karena panggilan jiwa demi kemaslahatan bangsa, kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan semata-mata untuk mencari harta dankedudukan.

 

Sayangnya, pemikiran politik Islam saat ini terpinggirkan. Pemikiran politik Islam kalah dengan hingar-bingarnya demokrasi yang merupakan produk Barat.  Maa buniya alal baathil, baathilun, sesuatu yang dibangun di atas kesalahan, maka hanya akan menimbulkan kesalahan yang berulang. Wallahu a’lam

 

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

seventeen − thirteen =

*