Saturday, April 20, 2024
Artikel Terbaru

Artikel

Tafsir Ulang Atas Rumusan Keilmuan Islam

Seri Counter Fikih Kebhinekaan. Artikel ke 32. Di halaman 105, Muhammad Azhar berkata:   Kedua, epistemologi keislaman mendatang harus lebih operatif-burhani (rasional empiris) sebagaimana pernah diintroduksi oleh Ibnu Taimiyah sesuai konteks zamannya (al haqiqah fil a’yan la fi al adzhan). Perlu rekonstruksi ulang konsep keilmuan atau kuliah teologi Islam (akidah) dan etika Islam (akhlak) yang lebih bernuansa sosial, ketimbang semata-mata ... Read More »

Ilmu Tauhid Harus Direkonstruksi?

  Seri Counter Fikih Kebinekaan. Artikel ke-31.   Di halaman 105, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut: Kedua, epistemologi keislaman mendatang harus lebih operatif-burhani (rasional empiris) sebagaimana pernah diintroduksi oleh Ibnu Taimiyah sesuai konteks zamannya (al haqiqah fil a’yan la fi al adzhan). Perlu rekonstruksi ulang konsep keilmuan atau kuliah teologi Islam (akidah) dan etika Islam (akhlak) yang lebih bernuansa sosial, ... Read More »

Epistemologi Islam Klasik Harus Dirubah?

Seri Counter Fikih Kebinekaan. Artikel ke-30. Di halaman 104-105, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut:   Perspektif epistemologi keilmuan Islam Kontemporer   Ke depan, karena perubahan sosial tadi, maka mau tidak mau berdampak pada perlunya perubahan mindset umat melalui perubahan orientasi epistemologi dari Islam klasik ke kontemporer. Adapun tawaran epistemologi keilmuan kontemporer yang patut menjadi perhatian adalah serikut: Pertama, dari orientasi ilahiyyah-teologis semata ... Read More »

Khazanah Islam Klasik Terkait Dengan Ruang Historis Masa Lalu

Seri Counter Fikih Kebhinekaan. Artikel ke 29   Pada h alaman 104, Muhammad Azhar mengatakan sebagai berikut: Kelima, khazanah islam klasik masih banyak terkait dengan ruang historis masa lalu. Itulah sebabnya, cerita-cerita kenabian yang didakwahkan dan dikuliahkan, masih banyak terkait dengan aroma perang senjata yang melimpah dalam berbagai studi keislaman yang lama. Sedangkan kontekstualisasi yang non-fisik- tentu membutuhkan epistemology keilmuan ... Read More »

Epistemology Keilmuan Islam Klasik Masih Bersifat Eksklusif

    Seri Counter Buku Fikih Kebhinekaan. Artikel ke-28 Dalam buku fikih kebhinekaan halaman 103, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut:   Keempat, epistemology keilmuan Islam klasik masih bersifat eksklusif dalam studi keislamannya. Dengan kata lain, Islamic studies belum banyak berdialektika dengan sosial sciences sebagaimana yang pernah dipelopori Ibnu Khaldun/dkk; atau natural sciences sebagaimana di dalami oleh Ibnu Sina (Avicenna), dan ... Read More »

Wacana Keislaman Klasik Belum Beranjak Ke Wilayah Transformasi Sosial?

  Seri counter buku fikih kebhinekaan. artikel ke-27. Dalam buku fikih kebhinekaan halaman 103, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut: Ketiga, wacana keislaman klasik lebih fokus pada moralitas personal, belum beranjak jauh ke wilayah transformasi social. Sebagai contoh, kajian konsep najasah dan thaharah di wilayah transformasi sosial yang lebih luas, seperti najasah lingkungan hidup, najasah korupsi, najasah human trafficking, najasah kekerasan ... Read More »

Litelaur Islam Klasik Masih Bersifat Normatis-Bayani?

Di halaman 103, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut: Kedua, litelaur Islam klasik-terutama salafy dengan berbagai variannya-masih bersifat normatis-bayani. Sebelumnya, kita akan melihat dari sistem pemetaan episteme dalam pemikiran Islam seperti yang dikemukakan oleh Abid al-Jabiri dalam kitab Bunyatul Aqli al-Aarabi. Menurut al-Jabiri bahwa epistem pemikiran Islam klasik dapat dipetakan menjadi tiga, yaitu bayan, burhan dan irfan.   Ulama klasik biasa ... Read More »

Pemikiran Keislaman Islam Didominasi Corak Epistemologi Klasik?

Seri counter fikih kebhinekaan, artikel ke-25 Di halaman 103, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut: Saat ini, berbagai literatur pemikiran keislaman masih didominasi oleh corak epistemologi klasik. Adapun beberapa ciri epistemologi keilmuan klasik tersebut antara lain sebagai berikut: Pertama, pemikiran Islam klasik, secara epistemologis (metode, rujukan, validitas) masih bercorak teologis-ilahiah-metafisis. Kedua, litelaur Islam klasik-terutama salafy dengan berbagai variannya-masih bersifat normatis-bayani. Umumnya ... Read More »

Mengganti Keyakinan Fikih Klasik?

  Seri counter fikih kebhinekaan. artikel ke-24 Di halaman 101, Muhammad Azhar menulis sebagai berikut: Urgensi dari perspektif epistemology keilmuan fikih kebhinekaan ini adalah dalam rangka menghindari ketidaktahuan (ignorance) konsepsi fikih kebhinekaan, dan mengganti keyakinan fikih (Islamic judicial belief)  yang masih berkutat pada pemahaman fikih klasik yang sudah tidak memadai dan tidak akomodatif terhadap dinamika pluralitas kewarganegaraan dan kebangsaan tanah ... Read More »

Menghadang Badai Globalisasi

      Sebagian orang melihat bahwa globalisasi tidak lebih dari istilah modern yang digaungkan oleh Barat demi kepentingan Barat. Globalisasi hamper sama dengan hegemoni serta eksploitasi barat kepada Negara-negara lemah. Jadi, globalisasi adalah istilah imperalisme modern.   Jika ditengok lebih mendalam, globalisasi memiliki karakteristik seperti halnya imperalisme klasik. Namun dengan nama berbeda yang kiranya lebih dapat diterima oleh masyarakat ... Read More »