Sebelum melakukan penelitian untuk memberikan kesimpulan hokum, ketika ada persoalan yang berbeda di kalangan para ulama, mereka umumnya akan melakukan beberapa langkah berikut:
1. Menentukan makna khilaf. Caranya dengan melihat lafal yang dijadikan sebagai titik perbedaan dan juga makna dari lafal tersebut. Ini penting untuk menghindari perdebatan atas suatu masalah, ternyata hanya beda lafa sementara maknanya sama.
Contoh: Orang arab mengatakan al-Kub. Orang Indensia mengatakan gelas. Di sini, harus diperjelas dulu makna kub dan gelas. Jika ternyata maknanya sama, maka persoalan ini tidak perlu diperdebatkan. Dalam ilmu ushul persoalan seperti ini namanya khilaf lafzhi.
2. Tahrir Mahallul wifaq, yaitu dalam suatu permasalahan ditentukan terlebih dahulu titik-titik yang sudah disepakati bersama. Ini penting agar tidak memperpanjang pembahasan. Sesuatu yang sudah disepakati, tidak perlu lagi untuk diperdebatkan.
3. Tahrir mahallul khilaf, yaitu dalam suatu persoalan, menentukan titik-titik berbedaan. Jika sudah ditentukan, baru melakukan kajian secara kritis atas titik-titik perbedaan tersebut. Biasanya mujtahid akan melihat suatu persoalan, lalu dalil dan system istidlal yang digunakan serta hasil kesimpulan dari ijtihad berbagai pendapat dari para mujtahid.
4. Lalu dia akan melakukan debat, yaitu melihat sisi-sisi kelemahan atas berbagai pendapat tersebut, sampai terlihat pendapat mana yang lebih kuat. Di sini, dia akan memilih (melakukan tarjih), berdasarkan pada penelitiannya terhadap dalil dan system istidlal. Ia akan menarik kesimpulan sesuai dengan standar yang dia letakkan. wallahu a’lam
========================
Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan Pondok Modern Almuflihun, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899
