Tuesday, April 23, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Argumen Para Ulama Yang Mengakui Illat Hukum

hqdefault

 

Para ulama ketika berpendapat tentang illat atas suatu perkara, bukan tanpa landasan. Mereka mengambil kesimpulan illat ini juga berdasarkan pada nas. Berikut ini di antara dalil yang dijadikan sebagai landasan para ulama:

 

Dalil Quran

Allah swt menciptakan alam raya, bumi, langit seisinya, termasuk juga manusia mempunyai hikmah tertentu. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah berikut ini:

 

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ ۗ وَإِنَّ السَّاعَةَ لَآتِيَةٌ ۖ فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ

 

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (QS Al-Hijr: 85)

 

Asy-Syanqithi dalam kitab adhwa’ul bayan menafsirkan bahwa hanya allah saja yang berhak untuk disembahdan bahwa allah me nciptakan manusia untuk diberi beban hokum (taklif) untuk kemudian kelak akan diberi ganjaran atas apa yangia kerjakan. Ayat di atas menunjukkan bahwa allah swt menciptakan makhluknya bukan main-main dan tiada guna. Hal ini dikuatkan dengan ayat lain sebagai berikut:

(38). وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ  (39). مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

 

Artinya: Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (  ) Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main.

(Ad-Dukhan: 38-39)

 

  1. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 191)

 

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚفَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (QS. Shad: 27)

 

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ  (  ). فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۖلَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
Artinya: Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) `Arsy yang mulia. (  )  Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mukminun: 115-116)

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? (QS. Al-Qiyamah: 36)

 

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah swt menciptakan alam raya ini dengan tujuan tertentu. Jadi ciptaannya bukan perbuatan kesia-siaan. Ayat ini menjadi peringatan bagi manusia yang mengingkari hari kiamat, mengingkari hari kebangkitan dan juga menganggap bahwa amal perbuatannya tidak akan diperhitungkan kelak di akhirat.

 

Di sini, Allah selalu mengaitkan antara sebab dan akibat. Sebab atas penciptaan makhluknya mempunyai hikmah tertentu baik terkait dengan urusan dunia maupun akhirat. Siapapun yang mengingkari mengenai sebab sesuatu, sama artinya ia mengingkari perbuatan yang sudah menjadi bagian terpenting dalam kehidupan. Allah menjadikan maslahat hamba baik di dunia maupun di akhirat, pahala dan hukuman, hudud dankafarat, perintah dan larangan, halal dan haram, semuanya terkait dengan sebab tertentu. Apa yang ada di alam raya ini ada sebabnya. Demikian juga hokum syariat juga mempnyai sebab tertentu.

 

Dalam al-Quran banyak sekali disebutkan mengenai hokum sebab akibat ini. Seperti halnya firman Allah berikut ini:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30

 

ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
(Akan dikatakan kepadanya): “Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya”.

 

 وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 
Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-A’raf: 43)

 

Asyankithi menambahkan bahwa ayat al-Quran dan juga hadis dari nabi Muhammad saw yang terkait dengan sebab akibat ini sangat banyak dan melimpah. Jika disebutkan satu-satu akan berjumlah ribuan.

 

Menurutnya, mustahil jika kita memisahkan hubungan sebab akibat ini, atau memisahkan antara illat dengan ma’lulnya. Tidak mungkin hanya melihat pada sebab, namun tidak ada musabab sama sekali.

 

Terkait hal ini, Ibnu Taimiyah dalam majmu fatawanya berkata, “Menafikan sebab sama sekali, sama saja telah melakukan perbuatan syirik. Menafikan sebab secara keseluruhan bearti tidak percaya dengan hokum syariat”.

 

Ibnul Qayyim juga seperndapat dengan mengatakan. Dalam kitab syifa’ul Alil beliau berkata, “Khianat terbesar terhadap hokum syariat, hokum kenabian dan perkara tauhid adalah ketika ia menyatakan kepada orang lain bahwa seseorang baru dapat dikatakan bertauhid jika ia  mengingkari hokum sebab akibat”.

 

 
====================
Telah dibuka pendaftaran Pondok Almuflihun untuk Tahfez dan Ngaji Turas Islam. Informasi lebih lanjut, hubungi Ust Toyib Arifin (085868753674). Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan Pondok Modern Almuflihun, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

one × 5 =

*