Thursday, April 25, 2024
Artikel Terbaru
 border=
 border=

Al-Kasb Menjadikan Manusia Bertawakal dan Berharap Rahmat Allah

Jika kita buka HPT Bab Iman, kita akan menemukan ungkapan sebagai berikut:

وَالاَفْعَالُ الصَّادِرَةُ عَنِ الْعِبَادِ كلها بِقَضَاءِ اللهِ وَقَضَرِهِ ( 65 ) وَلَيْسَ لِلعِبَادِ اِلاَّ الإِخْتِيَارِ.فَالتَّقْدِيْرُ مِنَ اللهِ وَالكَسْبُ مِنَ الْعِبَادِ فَحَرَآَةُ الْعَبْدِ بِاعْتِبَارِ نِسْبَتِهَا إِلَى قُدْرَتِهِ تُسَمَّى كسْبًا لَهُ ( 66 ) وَ بِاعْتِبَارِ نِسْبَتِهَا قُدْرَةِ اللهِ خَلْقًا ( 67 ) وَالْعِبَادُ .( يَتَصَرَّفُ نَصِيْبَهُ مِمَّا اَنْعَمَ اللهُ بِهِ عَلَيْهِ مِنَ الرِّزْقِ وَغَيْرِهِ (

Adapun segala yang dilakukan manusia itu semuanya atas
Qadla’dan Qadar-Nya (65), sedangkan manusia sendiri hanya dapat berikhtiar.
Dengan demikian, maka segala ketentuan adalah dari Allah dan usaha
adalah bagian manusia. Perbuatan manusia ditilik dari segi kuasanya dinamakan
hasil usaha sendiri (66). Tetapi ditilik dari segi kekuasaan Allah, perbuatan
manusia itu adalah ciptaan Allah (67). Manusia hanya dapat mengolah bagian yang Allah karuniakan padanya berupa rizki dan lain-lain (68).

 

Sebelumnya saya sampaikan bahwa aktivitas manusia untuk mendapatkan sesuatu,  sesungguhnya adalah upaya saja ( (al-kasb). Adapun hasil, sepenuhnya menjadi wewenang Allah. Tidak ada keterkaitan dan hukum kausalitas antara usaha dengan hasil. Firman Allah:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

 

Artinya : Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)

 

Sering kita menemukan, seseorang rajin beribadah, interaksi dengan sesama manusia juga bagus, suka bersedekah, rajin bekerja dan amal salih lainnya. Kemudian Allah mengujinya dengan menimpakan musibah yang sangat berat. Rumah kebakaran, keluarga ada yang sakit mentahun, kecelakaan dan lainnya.

Dalam kondisi seperti ini, terkadang manusia lalai. Manusia lantas menyalahkan Allah. “Bukankah saya sudah beribadah? Bukankah saya rajin sedekah? Bukankah saya sering berbuat baik kepada manusia? Ya Allah, mengapa Kau uji saya dengan musibah beruntun sepserti ini? Apa salah saya?”

 

Ini artinya, manusia “mendikti” dan mengharuskan Allah untuk melakukan sesuatu. Kerja keras manusia, harus menghasilkan sesuatu yang maksimal. Sedekah, berharap imbalan materi dengan rizki berlimpah. Jadi ada semacam barter antara manusia dengan Allah. Padahal sejatinya tidak demikian. Allah adalah Tuhan Yang Maha Mutlak dan Maha Berkehendak.

فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.

وَاللّهُ خَلَقَكُمْ وَما تَعْمَلُونَ

Artinya: “Allah telah menciptakan kalian dan amalan-amalan kalian”

 

Jika manusia mendaatkan musibah, hendaklah bersabar dan beristirja dengan mengucapkan:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Artinya: Sesungguhnya segala sesuatu dating dari Allah dan akan kembali kepada Allah.

Lalu berdoa kepada Allah agar Allah melepaskan musibah yang sedang menimpanya. Karena sesungguhnya kehidupan manusia di muka bumi penuh dengan ujian dan cobaan. Perhatikan Firman Allah berikut ini:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ  () الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ .  () أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

 

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, () (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”

() Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.  (QS. Al-Baqarah: 155-157)

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan (Ali ‘Imrân: 186)

Apalagi jika kita merasa beriman dan percaya kepada Allah. Ujian dan cobaan akan pasti dating menghampiri. Manusia yang harus pandai-pandai dalam menyikapi ujian tersebut.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ}

Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”. “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut: 2-3).

ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ

Demikianlah, apabila Allâh menghendaki niscaya Allâh akan membinasakan mereka, tetapi Allâh hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain [Muhammad/47: 4]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ عَلَى الْقَبْرِ فَيَتَمَرَّغُ عَلَيْهِ وَيَقُولُ: يَا لَيْتَنِي كُنْتُ مَكَانَ صَاحِبِ هَذَا الْقَبْرِ وَلَيْسَ بِهِ الدِّينُ إِلَّا الْبَلَاءُ

Demi yang jiwaku berada di tangannya! Dunia ini tidak akan fana, kecuali setelah ada seseorang yang melewati sebuah kuburan dan merenung lama di dekatnya seraya berkata, “Kenapa bukan aku saja yang menghuni kuburan ini”. Orang beragama, itu pasti akan mendapatkan ujian” (HR. Bukhari Muslim)

Jangan pula menyesali sesuatu yang telah terjadi. Serahkan semua persoalan kepada Allah. Jangan berandai-andai, karena berandai-andai adalah perbautan setan. Berandai-andai, hanya membuat psikologi seseorang ketika mendapatkan musibah, semakin down. Jiwanya lemah. Lebih jauh, ia bisa depresi dan stress. Maka Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم)

 

Dari Abu Hurairah raa berkata, “bahwa Rasulullah Saw bersabda, ‘Seorang mu’min yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt daripada mu’min yang lemah. Pada masing-masing dari keduanya terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu’. Tetapi katakanlah; ‘lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata ‘law’ (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syaitan.” (HR. Muslim)

Jika manusia mendapatkan pahala materi dengan amal baiknya, dengan sedekahnya, itu murni karena rahmat Allah. Kitapun diperintahkan untuk selalu berdoa dan mendoakan sesame muslim agar mendapatkan rahmat Allah. Ketika bertemu saudara kita sesame muslim, kita mengucapkan “Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh. Perdamaian, rahmat dan berkah Allah semoga senantiasa terlimpah untuk kalian.” Dengan rahmat, manusia akan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebagaimana tidak ada keterkaitan antara amal manusia dengan hasil materi yang akan dia dapatkan, juga tidak ada hubungan antara amal salih dengan kelak ia akan masuk surga, atau perbuatan buruk dan ia akan masuk neraka.

Bagi Ahli sunnah, yang juga dianut oleh Muhammadiyah bahwa masuk surga, murni karena rahmat dari Allah. Sebesar apapun amal perbuatan manusia, jika dibandingkan dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya, tidak akan berbanding. Satu kenikmatan saja, seperti nikmat mata sehingga manusia bias melihat keindahan alam raya, tidak dapat dibalas dengan amal salih yang ia lakukan sepanjang hidupnya. Apalagi ditambah dengan kenikmatan lain seperti kesempurnaan anggota tubuh, kesehatan, rezki, harta benda, jabatan, status sosial dan lain sebagainya. Sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan ibadah yang ia lakukan. Manusia kelak masuk ke dalam surganya, hanya murni karena rahmat dari Allah saw.

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

Artinya: Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hal ini juga dikuatkan dengan firman Allah yang menyatakan bahwa manusia bias masuk surge, karena karunia-Nya.

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadiid: 21). Dalam ayat ini dinyatakan bahwa surga itu disediakan bagi orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Berarti ada amalan.

Manusia kadang kufur dan ia tidak menyadari bahwa telah melakukan perbuatan kufur. Manusia kadang sombong, dan ia tidak sadar bahwa ia telak berlaku congkak dan sombong. Manusia kadang menyakiti orang lain dengan menggunjingnya atau perbuatan lainnya, baik ia sadari atau tidak. Dengan rahmat Allah, perbuatan salah dan dosa itu, dapat dihapuskan dan diampuni oleh Allah dengan taubat yangbenar dan istigfar. Perbuatan buruk itu, juga bisa dihapus dengan melakukan perbuatan shalih sebagaimana sabda Rasulullah berikut ini:

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بِنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: (اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ) رواه الترمذي وقال: حديث حسن. وفي بعض النسخ: حسنٌ صحيح.

Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal Ra, dari Rasulullah saw beliau bersabda: “Bertaqwa-lah kepada Allah di mana saja engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskannya, dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)

 

Firman Allah:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

Artinya: “Sesungguhnya kebaikan- kebaikan dapat menghapuskan keburukan-keburukan.” (QS. Huud: 114)

Tentu ini berbeda dengan pandangan Muktazilah yang menyatakan bahwa ada hubungan timbal balik antara perbuatan hamba di dunia dengan hasil yang akan ia dapatkan di akhirat. Bagi muktazilah, hamba yang salih pasti masuk surga. Sebaliknya manusia durjana, pasti masuk neraka. Hal ini menurut mereka, sesuai dengan keadilan Tuhan. Muktazilah mengenal konsep yang disebut dengan al wa’du (janji) dan al wa’id (ancaman).

Di antara dalil yang dijadikan hujah oleh kalangan Muktazilah adalah firman Allah sebagia berikut:

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” (QS. An-Nahl: 32)

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf: 72)

وحور عِينٌ * كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ * جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Bidadari-bidadari surga berkulit putih bersih dan bermata indah. Bidadari -bidadari itu putih bersih bagaikan mutiara-mutiara yang bejejer rapi. Semua itu sebagai balasan bagi orang-orang mukmin atas amal sholih yang mereka kerjakan di dunia” (QS. Al-Waaqi’ah: 22-24).

Pendapat di atas, ditanggapi oleh ahli sunnah dengan mengatakan bahwa amal perbuatan baik atau amal salih, sesungguhnya sebagai perantara bagi seorang hamba untuk masuk surga. Manusia harus mengambil perantara sesuai dengan perintah Allah seperti ayat di atas. Hanya saja, perantara bukanlah segala-galanya. Karena ada faktor penentu yang lebih penting dibandingkan dengan perantara, yaitu berharap rahmat Allah.

 

Bahkan manusia bisa beramal salih, sesungguhnya karena karunia dan rahmat Allah. Jika tidak, ia akan lemah dan tidak bias berbuat baik. Oleh karena itu, Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Baqarah: 218).

 

Jadi, al-kasb menjadikan manusia bertawakal penuh kepada Allah. Manusia hanya berpegang dan berharap dengan kuasa Allah. Manusia merasa kerdil dan tidak ada apa-apanya di hadapan Allah. Jika Allah berkehendak, bangunan mewah yang ia bangun, dapat musnah seketika. Peradaban besar di dunia, luluh lantak dalam seketika dengan kehendak Allah. Kita bisa berkaca dari bencana  yang melanda negeri kita beberapa waktu lalu. Bangunan mewah rata dengan tanah hanya dalam hitungan detik. Betapa mudahnya Allah membalikkan dunia ini.

 

Al-kasb, menjadikan manusia hidup tentang dan berani. Ia tidak akan bersandar pada apapun selain kepada Allah. Amal perbuatan manusia, tidak akan menyelamatkan manusia dari bencana kecuali dengan kehendak Allah. Teori al-kasb, menjadikan manusia beretika, tawadhu dan tunduk secara mutlak kepada Allah. Wallahu a’lam

 

====================
Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan Pondok Modern Almuflihun, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899

Comments

comments

 border=
 border=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ten − 3 =

*